Thursday, March 3, 2016

TANAMAN KARET / Rubber plant ( Hevea brasiliensis )

KARET

( Hevea brasiliensis )

KARET

I. JUDUL

1.1. Sejarah Singkat

Karet ( Hevea brasiliensis ) pertama kali ditemukan di Brasil dan mulai dibudidayakan tahun 1601. Karet adalah tanaman perkebunan/ industri tahunan berupa pohon batang lurus. Di Indonesia, Malaysia dan Singapura tanaman karet dicoba dibudidayakan pada tahun 1876. Tanaman karet pertama di Indonesia ditanam di Kebun Raya Bogor. Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia, namun saat ini posisi Indonesia didesak oleh dua negara tetangga Malaysia dan Thailand.

1.2. Sentra Penanaman

Pusat penanaman karet ada di pulau Sumatera yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, Lampung, Bengkulu, Riau, Jambi, Sumatera Selatan. Dalam skala yang lebih kecil perkebunan karet didapatkan pula di Jawa, Kalimantan dan Daerah Indonesia Timur. Luas areal tanam di Jawa Barat pada tahun 1998 mencapai 87.984,5 ha dengan produksi 54.359,7 ton. Luas lahan karet di Indonesia (1992) mencapai 2,7-3 juta hektar dengan produktivitas yang masih rendah dari karet Malaysia dan Thailand.

1.3. Jenis Tanaman

Klasifikasi botani tanaman karet adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae
Keluarga : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasiliensis.
Klon karet anjuran dari Pusat Penelitian Karet Balai Penelitian Sembawa Palembang untuk periode 1996-1998 adalah AVROS 2037, BPM 1, BPM 24, BPM 107, BPM 109, GT 1, PB 217, PB 235, PB 260,PR 255, PR 261, PR 300, PR 303, RRIC 100, RRIC 102, RRIC 110, RRIM 600, GGIM 712, TM 2, TM 9.

1.4. Manfaat Tanaman

Getah karet yang disadap dari batang diolah menjadi karet dalam bentuk krep, sit yang diasap dan lateks pekat.


II. SYARAT PERTUMBUHAN

2.1. Iklim

a) Suhu udara yang baik bagi pertumbuhan tanaman antara 24-28 derajat C.
b) Kelembaban tinggi sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman karet.
c) Curah hujan optimal antara 1.500-2.000 mm/tahun
d) Tanaman karet memerlukan lahan dengan penyinaran matahari antara 5-7 jam/hari.

2.2. Media Tanam

  1. Hasil karet maksimal didapatkan jika ditanam di tanah subur, berpasir, dapat melalukan air dan tidak berpadas (kedalaman padas yang dapat ditolerir adalah 2-3 meter).
  2. Tanah Ultisol yang kurang subur banyak ditanami tanaman karet dengan pemupukan dan pengelolaan yang baik. Tanah latosol dan aluvial juga dapat ditanami karet.
  3. Keasaman tanah yang baik antara pH 5-6 (batas toleransi 4-8)

2.3. Ketinggian Tempat

Walaupun demikian karet masih bisa berproduksi di dataran menengah dan tinggi tetapi dengan waktu penyadapan yang makin panjang, tanaman karet tumbuh dengan optimum pada ketinggian 200 m dpl. Korelasi antara ketinggian tempat dan umur sadap dapat dilihat berikut ini :
a) 0-200 m dpl: < 6 tahun
b) 200-400 m dpl: 7 tahun
c) 400-600 m dpl: 7,5 tahun
d) 600-800 m dpl: 8,6 tahun
e) 800-1.000 m dpl: 10,2 tahun

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

3.1. Pembibitan

Tanaman karet dapat diperbanyak dengan biji (generatif) atau dengan bahan tanaman hasil okulasi (vegetatif). Perbanyakan generatif dimaksudkan untuk mendapatkan batang bawah pada waktu okulasi.

3.1.1. Persyaratan Bibit

Untuk mendapatkan bibit okulasi yang baik perlu diperhatikan kualitas batang bawah dan batang atas.
  1. Syarat batang bawah:
    Perakaran kuat dan berkembang baik, tahan penyakit, mempunyai daya gabung yang baik dengan batang atas dan memberi pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan batang atas. Klon yang dianjurkan: GT I, LCB 1320, AVROS 2037, PR 228, dan PR 300.
  2. Syarat batang atas:
    Diambil dari tanaman yang tumbuhnya subur, potensi produksi tinggi, tajuk baik, tahan angin, toleran terhadap hama penyakit, pemulihan kulit sadap cepat, mempunyai daya gabung dengan batang bawah.
Klon yang dianjurkan :
  1. Untuk karet rakyat di daerah kerja Balai Penelitian Perkebunan Bogor (Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Jawa, Kalimantan Daerah indonesia Timur): GT 1, PR 300.
  2. Untuk karet rakyat di daerah kerja Balai Penelitian Perkebunan Medan (Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau): GT 1, PR 107 dan AVROS 2037.

3.1.2. Penyiapan Benih

Biji karet diambil dari tanaman karet berumur 10 tahun di kebun induk khusus atau kebun di areal produktif. Biji yang akan dijadikan benih harus memantul, mengkilat, dan bobotnya tinggi (berat). Benih disimpan di dalam cold storage 7-10 derajat C agar dapat tahan sampai 2 bulan. Untuk pengiriman jarak jauh, benih dengan kesegaran minimal 70% dicampur dengan serbuk gergaji lembab (1:1) atau dicampur sphagnum (1,25 kg sphagnum/2500 benih). Benih dan medianya dimasukkan ke dalam kantung plastik yang dilubangi oleh perforator (isi kantung plastik 2.000 benih).
Untuk mempercepat perkecambahan di persemaian, biji dijemur dan dilembabkan di dalam karung goni.

3.1.3. Teknik Penyemaian Benih

Benih akan disemai di bedengan. Areal bedengan harus bertanah gembur, datar dan dekat sumber air. Lebar bedengan 1-1,2 m dengan panjang sesuai tempat. Di atas bedengan dihamparkan pasir halus setebal 5-7 cm. Agar pasir tidak longsor, sisi-sisi bedengan ditanah dengan papan atau batu bata. Bedengan dinaungi dengan jerami/daun-daun setinggi 1 m di sisi Timur dan 80 cm di sisi Barat.
Benih disemaikan dengan cara dibenamkan ke dalam pasir sampai 2/3 bagian dengan perut (fumiculus) menghadap ke bawah dalam posisi horisontal. Jarak tanam benih 1-2 cm sehingga dalam 1-2 m2 bedengan terdapat 1.000 benih. Biji karet yang normal akan berkecambah pada hari ke 30.
Selama di persemaian benih disiram dan disemprot pestisida.

3.1.4. Pembibitan

Areal pembibitan mempunyai solum yang tebal, lahannya datar dan dekat sumber air. Pengolahan tanah dilakukan sebelum tanam. Bibit ditanam dalam jarak tanam (dalam susunan segitiga) yang tergantung dari umur bibit dan jenis bibit:
a) Bibit satu tahun: 35 x 35 x 50 cm, jumlah bibit= 34.080 bibit/ha
b) Bibit dua tahun: 45 x 45 x 50 cm, jumlah bibit= 17.664 bibit/ha
c) Bibit stump tinggi: 70 x 70 x 70 cm, jumlah bibit=15.756 bibit/ha
d) Stump tinggi: 90 x 90 x 90 cm, jumlah bibit= 13.686 bibit/ha
e) Stum okulasi mata tidur dan stump mini: 30 x 30 x 30 cm, jumlah bibit= 74.420 bibit/ha

3.2. Pengolahan Media Tanam

Terdapat dua macam penanaman karet: (1) penanaman ulangan setelah tanaman pertama tidak ekonomis lagi (replanting) dan (2) penanaman baru (new planting).
Di bawah ini akan diuraikan pengolahan tanah untuk penanaman baru:
  1. Membabat tanaman yang tumbuh, dimulai dari tanaman yang kecil kemudian pohon besar.
  2. Pembasmian alang-alang dengan herbisida jika diperlukan
  3. Tanah dibongkar dengan cangkul/traktor sehingga sisa akar terangkat.
  4. Membersihkan sisa akar dari dalam tanah dan permukaan tanah.
  5. Fumigasi tanah dengan fungisida
  6. Biarkan tanah sampai tidak ada tanda-tanda bahwa alang-alang akan tumbuh lagi.
  7. Pembuatan teras untuk tanah dengan kemiringan > 10 derajat. Lebar teras minimal 1,5 dengan jarak antar teras tergantung dari jarak tanam.
  8. Pembuatan rorak (kotak kayu panjang) pada tanah landai. Rorak berguna untuk menampung tanah yang tererosi. Jika sudah penuh isi rorak dituangkan ke areal di sebelah atas rorak.
  9. Pembuatan saluran penguras dan saluran pinggiran jalan yang sesuai dengan kemiringan lahan dan disemen.
  10. Pembuatan jalan.


3.3. Teknik Penanaman

3.3.1. Penentuan Pola Tanaman

Pola tanam karet dibagi berdasarkan tingkat pertumbuhan atau umur tanaman, yaitu:
a) Pada waktu tajuk belum menutup, hampir semua tanaman dapat ditanam di lahan diantara tanaman karet ditanam tanaman sela.
b) Pada waktu tajuk sudah saling manutup, hanya tanaman yang tanah naungan dapat ditanam di antara tanaman karet.
Pola tanam karet muda (0-3 tahun), merupakan tumpang sari dengan tanaman pangan (padi gogo, jagung, kedele dan kacang tunggak), tumpang sari pisang, nanas, cabe, jagung dan semangka. Sedangkan pola tanam karet dewasa (> 3 tahun), adalah tumpangsari dengan kapulaga/jahe.

3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam

Secara umum, karet ditanam dengan jarak tanam 7 x 3 m. Untuk itu jarak antar teras adalah 7 m. Lubang tanam untuk okulasi stump mini adalah (60 x 60 x 60 cm), sedangkan untuk stump tinggi berumur 2-3 bulan adalah (80 x 80 x 80 cm). Gundukan lapisan tanah atas dipisahkan dari lapisan tanah bawah. Keperluan bibit untuk 1 ha dengan jarak tanam 7 x 3 meter adalah 476 pohon.

3.3.3. Cara Penanaman

Bibit ditanam sedemikian rupa sehingga akar tunggang lurus masuk ke dalam tanah. Jika bibit berasal dari okulasi, bibit dan plastiknya dimasukkan ke dalam lubang tanah dan dibiarkan 2-3 minggu. Setelah itu kantong plastik dibuka dan tanah galian dimasukkan kembali ke lubang tanam.

 

3.4. Pemeliharaan Tanaman

3.4.1. Tanaman Belum Menghasilkan

  1. Penyulaman
    Dilakukan saat tanaman berumur 1-2 tahun dan jangan dalam keadaan terik matahari. Jika kematian disebabkan bakteri/jamur, tanah bekas bibit yang mati diberi bakterisida/fungisida. Pertanaman karet yang baik hanya disulam maksimal 5%. 
  2. Penyiangan
    Dilakukan dengan manual (tangan/kored/cangkul) atau secara kimia sebanyak 2-3 kali dalam satu tahun. 
  3. Pemupukan
    Pupuk dapat diletakan dengan tiga cara:
    • Saluran melingkar batang pohon.
      Hubungan umur tanaman dengan jarak saluran dari batang pohon adalah sebagai berikut:
      - 3-5 bulan: 20-30 cm
      - 6-10 bulan: 20-45 cm
      - 11-20 bulan: 40-60 cm
      - 21-48 bulan: 40-90 cm
      - > 48 bulan: 50-120 cm
    • Meletakan pupuk di luar jarak 1-1,5 m dari barisan tanaman
    • Pemupukan dilakukan bersamaan dengan penyiangan.
      Dosis pupuk untuk tanaman belum menghasilkan pada tanah Ultisol (Podsolik Merah Kuning) adalah sbb.:
      - 3 bulan: Urea (N) = 21,37 gram/pohon/aplikasi; DS (P) = 31,97 gram/pohon/aplikasi KCl (K) = 13 gram/pohon/aplikasi
      - 9 bulan: Urea (N) = 43,47 gram/pohon/aplikasi; DS (P) = 63,94 gram/pohon/aplikasi KCl (K) = 26 gram/pohon/aplikasi
      - 15 bulan: Urea (N) = 65,21 gram/pohon/aplikasi; DS (P) = 95,92 gram/pohon/aplikasi KCl (K) = 36 gram/pohon/aplikasi
      - 21 bulan: Urea (N) = 86,95 gram/pohon/aplikasi; DS (P) = 127,89 gram/pohon/aplikasi KCl (K) = 52 gram/pohon/aplikasi
      - 27 bulan: Urea (N) = 108,69 gram/pohon/aplikasi; DS (P) = 159,86 gram/pohon/aplikasi KCl (K) = 65 gram/pohon/aplikasi
      - 33 bulan: Urea (N) = 130,43 gram/pohon/aplikasi; DS (P) = 192,84 gram/pohon/aplikasi KCl (K) = 78 gram/pohon/aplikasi
      - 39 bulan: Urea (N) = 173,91 gram/pohon/aplikasi; DS (P) = 255,78 gram/pohon/aplikasi KCl (K) = 104 gram/pohon/aplikasi
      - 45 bulan: Urea (N) = 217,39 gram/pohon/aplikasi; DS (P) = 319,73 gram/pohon/aplikasi KCl (K) = 150 gram/pohon/aplikasi
      - 51 bulan: Urea (N) = 260,86 gram/pohon/aplikasi; DS (P) = 383,68 gram/pohon/aplikasi KCl (K) = 156 gram/pohon/aplikasi 
    • Pemupukan jangan dilakukan di musim hujan, sebaiknya pada waktu pergantian musim antara musim hujan ke kemarau.
  4. Seleksi dan Penjarangan Pohon
    Dilakukan menjelang sadap. Biasanya dari 476 bibit yang ditanam, hanya 95% (452 pohon) yang tumbuh baik. Penjarangan dilakukan dengan membongkar tanaman yang tumbuh tidak baik dan terserang penyakit dan dapat mencapai 5% dari tanaman yang tumbuh. Sisa tanaman setelah penjarangan 425 dan yang diramalkan dapat disadap adalah 400 pohon. 
  5. Pemeliharaan tanaman penutup tanah
    Penutup tanah adalah tanaman Legum seperti Pueraria javanica, Centrosema pubescens, Calopogonium mucunoides, C. caeruleum. 

3.4.2. Tanaman Menghasilkan

Setelah berumur 5 tahun, tanaman dapat disadap.
  • Penyiangan
    Cara manual hanya dilakukan jika kebun tidak luas, Pengendalian gulma dengan herbisida lazim dilakukan di perkebunan karet. Herbisida diberikan 4-6 kali setahun dengan dosis yang tidak berlebih agar tidak mematikan tanaman pemutup tanah. Herbisida yang dipakai adalah jenis herbisida kontak Gramoxone dan Paracol. 
  • Pemupukan
    Pohon yang baik untuk disadap saja yang diberi pupuk sehingga pemberian pupuk dihitung per pohon. Cara pemupukan:
    1. Ditabur di larikan sekeliling pohon dengan jarak 1-1,5 m dari batang
    2. Dengan cara seperti (a) hanya berbentuk 1/2 lingkaran.
    3. Ditabur di larikan di antara pohon (berjarak 1,5 cm dari setiap batang)
    4. Ditabur di antara larikan dan barisan.
      Pemupukan dilakukan dua kali dalam satu tahun dengan dosis berikut ini:
      • Jenis tanah Latosol: Urea (N) = 280,86 gram/pohon; DS(P) = 157,85 gram/pohon; KCl(K) = 180 gram/pohon
      • Jenis tanah Ultisol (Podsolik merah kuning): Urea (N) = 280,86 gram/pohon;DS(P) = 383,68 gram/pohon; KCl(K) = 156 gram/pohon.

3.5. Hama dan Penyakit

3.5.1. Hama

  1. Rayap
    Penyebab: Microtermmes inspiratus, Captotermes cuevignathus. Gejala: stump/tanaman karet muda rusak, batang berlubang besar, akar tanaman putus. Pengendalian: membersihkan kebun dari tunggul dan sisa akar, ujung stump sampai bagian atas mata okulasi ditutup dengan plastik, pemberian umpan rayap, insektisida Furadan 3G (5-10 g/pohon), Agrolene 26 WP 0,2% atau Lindamul 250 EC 0,2%. 
  2. Kutu tanaman 
    Penyebab: Saissetia nigra, Laccifer greeni, Laccifer lacca, Ferrisiana virgata Planococcus citri).
    Gejala: merusak tanaman dengan mengisap cairan dari pucuk batang dan daun muda. Bagian tanaman yang diisap menjadi kuning dan kering. Pengendalian: melepas musuh alami seperti Eublema sp., Anysis sp, Scymus sp dan Coccinella sp. untuk Saissetia nigra, Laccifer greeni, Laccifer lacca dengan Albolineum 2%, Formalin 0,15% atau Anthio 33 EC 0,9-1,2 liter/ha. Untuk Ferrisiana virgata Planococcus citri dengan Azodrin 60 WSC, Bayrusil 250 EC, Dimecron 50 SCW/Orthene 75 SP dll. 
  3. Tungau 
    Penyebab: Hemitarsonemus , Paratetranychus, mengisap cairan daun muda, daun tua dan pucuk. Gejala: tanaman tidak normal dan kerdil, daun berguguran. Pengendalian: (1) dengan akarisida Thiodan 35 EC 0,15%, Kelthane MF 0,2%, Morestan 25 WP 0,2%; (2) dengan menghembuskan gas belerang. 
  4. Siput 
    Penyebab: Achatina fulica. Gejala: serangan pada musim hujan, daun dan tanaman muda di areal pembibitan rusak dan patah-patah. Pengendalian: dengan larutan metaldehida 5% dalam dedak, atau campuran Maradeks dengan semen, kapur dan dedak (2:3:5:16). 
  5. Babi 
    Penyebab: sus verrucosus. Pengendalian: dengan cara diuir, dibuat pembatas kebun, ditangkap/diracun. 
    Rusa (Rusa timorensis) dan kijang (Muntiacus muntjak).
    Gejala: kulit tanaman di sekitar batang habis digerogoti dan tanaman dapat mati. Pengendalian: dengan diusir dan dibuat perangkap. 
  6. Tapir (Tapirus indicus)
    Gejala: tanaman muda menjadi tidak berdaun dan berkulit. Pengendalian: dengan diusir, dibuat pembatas dan melindungi batang (dibungkus dengan alang-alang, ranting pohon atau ranting bambu setinggi 1,5 m dari permukaan tanah). 
  7. Gajah (Elephas maximus)
    Gejala: pohon patah/tercabut, pohon muda tidak berdaun dan kulit pohon dewasa terkelupas. Pengendalian: dengan mengusir dan membuat pembatas kebun. 
  8. Tikus (Rattus spp.)
    Gejala: biji, kecambah dan daun bibit dimakan habis. Kulit tanaman muda terkelupas dan tampak ada bekas gesekan. Pengendalian: dengan membersihkan semak di kebun, membongkar sarang tikus dan membunuh tikus dengan perangkap mekanis/senyawa kimia Racumin, Warfarin atau Tomorin 1 g/15 g umpan. 

3.5.2. Penyakit Batang

  1. Akar putih 
    Penyebab: jamur Rigidoporus lignosus. Gejala: daun tanaman pucat kuning dengan tepi melipat ke dalam, daun gugur dan ranting mati. Di akar tanaman terdapat benang-benang jamur putih agak tebal yang menempel kuat. Pengendalian: sanitasi kebun, menanam tanaman penutup, menanam bibit sehat, menaburkan serbuk belerang pada areal yang pernah terserang penyakit ini, fungisida berbahan aktif hexaconazole, tradimefon dan cyproconazole. 
  2. Akar merah
    Penyebab: jamur Ganoderma pseudoferrum. Sangat berbahaya untuk tanaman karet, penularan terjadi melalui persinggungan akar, dijumpai pada tanaman dewasa dan tua. Gejala: setelah 5 tahun serangan, tanaman mati. Pengendalian: sama dengan akar putih. 
  3. Jamur upas 
    Penyebab: jamur Corticium salmonicolor. Gejala: terdapat lapisan kerak berwarna merah pada pangkal atau bagian atas percabangan yang akan berubah menjadi lapisan tebal merah tua. Bagian tanaman yang terserang mengeluarkan cairan lateks berwarna coklat kehitaman yang meleleh. Kulit tanaman akan membusuk dan hitam, tajuk cabang mati dan mudah patah. Pengendalian: dengan menanam klon resisten seperti AVROS 2037, mengurangi kelembaban kebun, Fungisida di awal serangan dengan Fylomac 90 0,5%, Calixin MR, Dowco 262 atau Bubur bordo. 
  4. Kanker bercak 
    Penyebab: jamur Phytophthora palmivora. Gejala: kerusakan kulit batang di luar bidang sadap atau di percabangan, tanaman merana dan mati. Pengendalian: menanam klon resisten, jarak tanam tidak terlalu rapat, pemangkasan tanaman penutup yang terlalu lebat, kulit yang membusuk dipotong dan luka diolesi Difolatan 4F 3% dan ditutup dengan petrolatum, bagian kayu yang luka ditutup ter. 
  5. Busuk pangkal batang 
    Penyebab: jamur Botrydiplodia theobromae. Gejala: kulit mengering dan pecah-pecah namun kayu bagian atas masih baik dan utuh. Kulit menghitam dan kayunya rusak. Kerusakan menjalar ke bagian atas sampai mencapai 1 m. Batang tanaman seperti terbakar. Pengendalian: pemberian fungisida tepat waktu, pemupukan dengan dosis dan waktu yang tepat, penyulaman dengan bibit stump tinggi. 

3.5.3. Penyakit Bidang Sadap

  1. Kanker garis 
    Penyebab: jamur Phytophthora palmivora. Gejala: adanya selaput tipis berwarna putih dan tidak begitu jelas menutupi alur sadap. Di bawah kulit di atas irisan sadap akan tampak garis-garis tegak doklat atau hitam yang akhirnya bersatu membentuk jalur hitam seperti retakan atau kulit pulihan. Menghambat pemulihan kulit di bidang sadap. Pengendalian: menanam klon resisten PR 300 atau PR 303, jarak tanam tidak terlalu rapat, memangkas tanaman penutup tanah, pemupukan yang benar, penyadapan tidak terlalu dalam dan tidak terlalu dekat tanah, fungisida Dilatan 4F 2%, Difolatan 80 WP 2%, Demosan 0,5%/Actidione 0,5%. Batang yang busuk dikorek dan diberi fungisida, pisau sadap diolesi pestisida. 
  2. Mouldy rot 
    Penyebab: jamur Ceratocystis fimbriata. Gejala: selaput tipis putih dibidang sadap dekat alur sadap yang berubah menjadi lapisan seperti beledu berwarna kelabu sejajar alur sadap. Di bawah lapisan ini akan tampak bintik coklat atau hitam. Serangan dapat mencapai kambium dan kayu. Pengendalian: menanam klon resisten di daerah basah seperti GT1 dan AVROS 2037, jarak tanam tidak terlalu rapat, memangkas penutup tanah, pemupukan yang benar, intensitas sadap diturunkan, fungisida Difolatan 4F 2%, Difolatan 89 WP 2%, Topsin M 75 WP 0,5%, Derosal 60 WP 0,1%, Actidione 0,5%/Benlate 50 WP 0,1%, pisau sadap diolesi fungisida. 
  3. Brown bast 
    Penyebab: penyadapan yang terlalu sering. Gejala: lateks tidak mengalir dari sebagian alur sadap, seluruh alur sadap menjadi kering dan tidak mengeluarkan lateks. Bagian kering berubah warna menjadi coklat karena terbentuk gum. Kulit pecah, batang bengkak. Pengendalian: mengurangi penyadapan terutama pada klon peka PR 255, PR 261 dan BPM 1. Klon tahan adalah AVROS 2037, PR 300 dan PR 303, pohon diistirahatkan. 

3.5.4. Penyakit daun

  1. Embun tepung 
    Penyebab: jamurOidium heveae. Gejala: daun muda berwarna hitam, lemas, keriput dan berlendir. Di bawah permukaan daun terdapat bercak bundar putih seperti tepung. Pengendalian: dengan menanam klon resisten, pemberian nitrogen 2x dosis anjuran, daun digugurkan lebih awal, menghembuskan belerang seminggu sekali selama 5 minggu, fungisida Dithane M-45 0,25%, BAS 2203 1%. 
  2. Penyakit colletorichum 
    Penyebab: jamur Coletotrichum gloeosporoides. Gejala: daun tampak gugur dan pertumbuhannya terhambat, terjadi pada tanaman yang baru membentuk daun muda pada musim hujan. Pengendalian: menanam klon resisten seperti BPM 1, AVROS 2037, pemupukan ekstra, daun digugurkan lebih awal, fungisida Dihane M-45 0,25%, Manzate M-200 ) 2%, Cobox 0,5%. 
  3. Penyakit Phytophthora 
    Penyebab: jamur Phytophthora botriosa. Gejala: diawali dengan buah yang membusuk dan hitam, lalu menular ke daun dan tangkai sehingga daun dan tangkai gugur. Pengendalian: menanam klon resisten dan fungisida Cobox atau Cupravit dalam minyak mineral. 

3.6. Panen

Pada tanaman karet, panen berarti penyadapan lateks dari kulit batang. Tanaman mulai disadap pada umur 5 tahun. Penyadapan dapat dilakukan selama 25-35 tahun.

3.6.1. Peralatan Penyadapan

  1. Mal sadap/patron. Terbuat dari kayu dengan panjang 130 cm dengan sebuah siku 120 derajat. Gunanya untuk membuat gambar sadapan dengan kemiringan yang tepat.
  2. Pisau sadap. Terdiri atas pisau sadap atas untuk menyadap kulit bidang sadap atas pada ketinggian di atas 130 cm dan pisau sadap bawah untuk menyadap kulit pada bidang sadap bawah pada ketinggian di bawah 130 cm.
  3. Talang lateks atau spout. Terbuat dari seng selebar 2,5 cm dan panjang 8-10 cm yang dipasang dengan cara ditancapkan 5 cm dari titik/ujung irisan sadapan terendah.
  4. Mangkuk atau cawan. Terbuat dari tanah liat, plastik atau alumimiun dan dipasang 10 cm di bawah talang lateks.
  5. Cincin mangkuk dan talinya. Tempat meletakkan mangkuk sadap.

3.6.2. Pelaksanaan Penyadapan

Kulit karet yang akan disadap harus dibersihkan terlebih dahulu agar tidak terjadi pengotoran lateks.

3.6.3. Ketebalan Irisan Sadap

Pengirisan kulit tidak perlu tebal sehingga kulit tidak cepat habis. Tebal yang dianjurkan 1,5-2 mm. Konsumsi kulit ditentukan oleh rumus sadap.

3.6.4. Kedalaman sadap

Semakin dalam irisan, semakin banyak berkas pembuluh lateks yang terpotong. Kedalaman kulit sampai 7 mm dari kambium memiliki pembuluh lateks terbanyak. Sebaiknya kedalaman sadap sedalam mungkin tetapi tidak menyentuh kambium. Kedalaman yang dianjurkan adalah 1-1,5 mm dari lapisan kambium.

3.6.5. Waktu Penyadapan

Dilakukan pada pagi hari antara 05.00-06.00, sedangkan pengumpulan lateks dilaksanakan antara 08.00-10.00.

3.6.6. Frekuensi dan Intensitas Sadapan

a) Frekuensi sadapan dinyatakan dengan hari (d), minggu (m), bulan (b) dan tahun (t).
b) Periode sadapan dinyatakan dengan setiap hari (d/1), dua hari sekali (d/2) dst.
c) Panjang irisan bidang sadap dinyatakan dengan seperempat spiral batang (S/4), setengah spiral batang (S/2) atau satu spiral batang (S/1).
e) Intensitas sadapan tergantung dari panjang irisan dan frekuensi sadapan, biasanya 100%.
Contoh rumus sadap: S/2, d/2, 100%, penyadapan setengah lingkaran batang, pohon disadap dua kali sehari dengan intensitas sadapan 100%. Bila disadap dua kali sehari maka terpakai 2,5 cm/bulan atau 30 cm/tahun.

3.6.7. Pemulihan Kulit Bidang Sadap

Kulit pulihan disadap kembali setelah sembilan tahun untuk kulit pulihan pertama dan setelah delapan tahun untuk kulit pulihan kedua. Penentuan layak tidaknya kulit pulihan disadap kembali, ditentukan oleh tebal kulit pulihan, minimun telah mencapai 7 mm.

3.7. Pascapanen

3.7.1. Pengumpulan

Lateks dari mangkuk sadap dituangkan ke dalam ember aluminium bersih bertutup. Kontak dengan udara menyebabkan lateks berkoagulasi (menggumpal). Pada perkebunan besar, lateks dalam ember dikumpulkan ke dalam tangki dan dibawa ke pengolahan dengan truk.

3.7.2. Antikoagulan

Untuk mencegah koagulasi perlu ditambahkan zat anti koagulan. Harus dipertimbangkan apakah antikoagulan ini diberikan di kebun atau di pabrik waktu pengolahan. Semuanya tergantung dari penyebab koagulasi misalnya cuaca yang kurang baik. Jenis antikoagulan yang umum digunakan di kebun adalah amoniak 2-2,5%, soda (natrium karbonat) 10% sebanyak 5-10 ml/liter lateks dan natrium sulfit 10% sebanyak 5-10 ml/liter lateks.

3.7.3. Pengolahan Karet

Getah karet (lateks) yang disadap dari batang diolah menjadi karet dalam bentuk krep, sheet yang diasap dan lateks pekat.
  • Pengolahan karet krep warna muda (Pale Crepe)
    1. Lateks di kebun ditentukan kadar karet keringnya (KKK) dan disaring untuk menghilangkan kotoran kasar dan lump melalui tiga buah saringan.
    2. Lateks diencerkan dengan air sampai KKK 20% kemudian ditambah natrium bisulfit sebagai pemucat dan bakterisida
    3. Lateks digumpalkan dalam bak penggumpalan dengan asam formiat 2,5% atau asetat 5%. Lalu diaduk dan busa yang terbentuk dipisahkan. Selama proses penggumpalan bak harus ditutup.
    4. Esok harinya, koagulum (lateks gumpalan) dipotong sehingga diperoleh potongan yang lebih kecil, lalu digiling pada baterei kilang krep dalam 3 tahap penggilingan.
    5. Krep hasil penggilingan digantung beberapa jam agar sisa air menetes
    6. Krep dikeringkan dalam ruangan dengan pemanasan selama 6-7 hari pada temperatur 33-35 derajat C.
  • Pengolahan karet krep warna coklat (Estate Brown Crepe)
    1. Bahan olah untuk pembuatan krep adalah skrep bersih dan lump. Skrep adalah lateks yang telah menjadi kering pada bidang sadap. Lump adalah gumpalan karet berasal dari campuran sisa-sisa karet dalam saringan, bak penggumpalan, busa lateks dan kagulum yang berasal dari prakoagulasi (di kebun).
    2. Skrep dan lump disimpan di dalam air atau serum agar tidak menjadi hitam.
    3. Skrep bersih digiling pada baterai kilang krep yang terdiri atas tiga kilang, menjadi lembaran krep basah. Penggilingan dilakukan intensif terutama pada kilang pendahuluan untuk menghilangkan kotoran.
    4. Lump digiling terpisah kemudian digiling bersam-sama dengan lembaran krep. Penggilingan ini dilakukan10-12 kali.
    5. Lembaran krep ini digantung agar air menetes dan dikeringkan dalam ruang pengeringan pada temperatur kamar selama 3-4 hari.
  • Pengolahan karet sip yang diasap (Ribbed Smoked Sheet)
    1. Lateks dari kebun disaring sebanyak 3 tahap. Lateks ini ditampung di dalam bak penampung dan diaduk agar homogen.
    2. Lateks diencerkan dengan air bersih sampai KKK menjadi 12,5, 15 atau 20%.
    3. Lateks ditempatkan di dalam bak penggumpal dari aluminium dan ditambahkan bahan penggumpal asam format 1% atau asam cuka 2% (b/v).
    4. Campuran lateks dan asam diaduk merata.
    5. Setelah homogen, sekat-sekat dipasang pada bak penggumpal tersebut. Setelah penggumpalan akan didapatkan lembaran-lembaran koagulum (sit).
    6. Sit digiling 6 kali.
    7. Sit ditiriskan untuk mengurangi jumlah air.
    8. Pengasapan sit dilakukan di ruang asap supaya warna sheet menjadi lebih tua. Pengeringan dengan asap dilakukan dalam 4 tahap yaitu masing-masing pada temperatur 40-45 derajat C, 45-50 derajat C, 50-55 derajat C dan 55-60 derajat C. Jika karet sit belum cukup kering, pengeringan dilanjutkan pada temperatur maksimum 60 derajat C.


3.7.4. Penyortiran

  1. Krep warna muda dan warna coklat
    Krep disortasi dengan standard dari International Standards of Quality and Packing for Natural Rubber Grades-The Green Book dari The Rubber manufactures Associations, USA. Sortasi dilakukan berdasarkan warna, cacat/kesalahan lalu ditentukan jenis mutunya. 
  2. Sheet yang diasap.
    Sortasi karet sit dilakukan secara visual dan dibedakan dalam 6 tingkatan mutu yaitu RSS IX, RSS I, RSS II, RSS III, RSS IV, RSS V. 

3.7.5. Pengemasan (standard The green book)

  1. Krep warna muda.
    Lembaran krep disusun, ditimbang lalu dikempa pada alat kempa selama minimum 12 jam. Berat bersih bandela (susunan krep) 80 kg dengan ukuran 50 x 50 x 50 cm3. Setiap bandela dibungkus rapat dengan beberapa lapis lembaran krep dari jenis mutu yang sama. Permukaan bandela dilabur dengan larutan putih pelabur bandela. Pada sisi-sisi bandela diberi tanda warna hitam atau biru yang menerangkan mutu, berat dan tanda produsen. 
  2. Krep warna coklat.
    Lembaran krep dibuat menjadi bandela dengan cara dan ukuran yang sama dengan (a). Bandela krep coklat tidak dibungkus dan tidak dilabur. Bandela diikat dengan pita besi galvanisir selebar 5/8 inci di tiga tempat 
  3. Sheet yang diasap
    Karet ditimbang dan dipak dalam bandela yang dibungkus dengan karet sit yang sama mutunya. Ukuran bandela 113,5 kg (250 lbs) dengan ukuran luar 0,142 m3 (5 kaki kubik) Untuk mencegah terjadinya pelekatan antar bandela, maka sisi-sisi pembalut dilabur dengan pelabur bandela. 

IV. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

4.1. Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan nalisis budidaya karet selama 10 tahun masa tanam dengan luas lahan 1 ha pada tahun 1999 di Jawa Barat.
  1. Biaya produksi
    1. Bibit 485 bibit @ Rp. 3.000,-
    2. Pupuk
      - Urea 275 kg @ Rp. 1.500,-
      - TSP 300 kg @ Rp. 1.800,-
      - KCl 300 kg @ Rp. 1.800,-
    3. Pestisida
      - Pestisida
      - Fungisida
    4. Alat
      - Sprayer 10 l 1 buah
      - Cangkul, sabit, dll
      - Alat sadap (pisau, mangkuk, cincin mangkuk, mal sadap)
    5. Tenaga Kerja
      - Persiapan dan buat teras
      - Lubang tanam dan penanaman
      - Penyulaman
      - Penyiangan
      - Pemupukan
      - Pemeliharaan
    6. Panen
      - Penyadapan
      - Transportasi
      Jumla biaya produksi

Rp.

Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.

1.455.000,-

412.000,-
540.000,-
540.000,-

120.000,-
120.000,-

250.000,-
150.000,-
300.000,-

400.000,-
350.000,-
300.000,-
300.000,-
200.000,-
250.000,-

1.200.000,-
700.000,-
7.587.000,-
b) Pendapatan (Hasil Perhitungan)
Budidaya karet mulai berproduksi (getah karet/lateks) pada tahun ke-4, dengan jumlah rata-rat produksi tiap tahuannya adalah :
  1. Tahun ke-4, 760 kg @ Rp. 2.700,-
  2. Tahun ke-5, 1.000 kg @ Rp. 2.700,-
  3. Tahun ke-6, 1.300 kg @ Rp. 2.700,-
  4. Tahun ke-7, 1.500 kg @ Rp. 2.700,-
  5. Tahun ke-8, 1.700 kg @ Rp. 2.700,-
  6. Tahun ke-9, 1.900 kg @ Rp. 2.700,-
  7. Tahun ke-10, 2.100 kg @ Rp. 2.700,-
    Jumlah pendapatan
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
2.052.000,-
2.700.000,-
3.510.000,-
4.050.000,-
4.590.000,-
5.130.000,-
5.670.000,-
27.702.000,-
Tanaman karet dapat berproduksi atau menghasilkan getah karet sampai dengan umur tanaman 25-35 tahun dan hasil terus meningkat.
c) Keuntungan selama 10 tahun

d) Parameter kelayakan usaha

    1. B/C Rasio
Rp.

Rp.
20.115.000,-

= 2,6

4.2. Gambaran Peluang Agribisnis

Tujuan utama pasaran karet Indonesia adalah ekspor. Di pasaran internasional produk karet Indonesia menghadapi persaingan dengan negara lain. Selain meningkatkan produktivitas dan mutu karet, strategi agribisnis untuk karet menjelang pergantian milenium adalah:
a) Menerobos pasaran baru.
b) Meningkatkan market share.
c) Membina market share yang sudah ada.
d) Menyesuaikan pola produksi dengan permintaan pasar.
Strategi ke empat sangat penting untuk merencanakan kuantitas produk yang akan diproduksi agar tidak terjadi kelebihan produksi.

V. STANDAR PRODUKSI

5.1. Ruang Lingkup

Standar ini meliputi syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan contoh dan cara pengemasan.

5.2. Pengambilan Contoh

Pengambilan contoh dilakukan secara acak.
Tiap lot terdiri dari:
- sampai dengan 10 sheet diambil contoh 2 sheet
- 11 sheet-350 sheet diambil contoh 3 sheet
- 351 sheet ke atas diambil contoh 5 sheet.

VI. REFERENSI

6.1. Daftar Pustaka

Abednogo, J.G. 1989. Pengolahan Karet Krep. Balai Penelitian Perkebunan Bogor.
Jahidin Rosyid, Gede Wibawa & Anang Gunawan. 1994. Pola Tanam Pada Perkebunan Karet Rakyat. Balai Penelitian Sembawa, Pusat Penelitian Karet Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Palembang.
Khaidir Amypalupy, Untung Junaidi, Didin Suwardin, H. Sihombing & H Suryaningtyas. 1998. Pengelolaan Bahan Tanam Karet. Balai Penelitian Sembawa. Palembang.
Rr. Suwarti Suseno. 1989. Pengolahan Karet Sit yang Diasap (Ribbed Smoked Sheet). Balai Penelitian Perkebunan Bogor.
Tim Penulis Penebar Swadaya. 1992. Karet: Strateegi pemasaran tahun 2000, budidaya dan pengolahan. Penebar Swadaya . Jakarta.

6.2. Personil

a) Dr. Siswanto, Ir. Agus Mudji. Balai Penelitian Tanaman Karet. Jl. Taman Kencana Bogor.
b) http://iptekpertanian.blogspot.com

6.2. Personila

No comments:

Post a Comment