Wednesday, February 17, 2016

PANILI / Vanilla ( Vanilla planifolia Andrew )

PANILI

( Vanilla fragrans )

Panili

I. JUDUL

1.1. Sejarah Singkat

Tanaman Panili (si emas hijau) merupakan tanaman perkebunan / industri berupa tumbuhan berbatang lunak asli Mexico yang sudah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh orang Indian Aztec untuk penyedap tembakau/ramuan minuman karena baunya yang wangi. Di Mexico panili tumbuh baik di hutan-hutan di bawah naungan pohon-pohon yang rindang dan dapat berbuah dengan sendirinya karena ada serangga sejenis lebah genus Melipone dari famili Aphididae dan ordo Hymenoptera yang membantu penyerbukan. Di Indonesia panili dikenal sejak 1819 dan mulai dibudidaya besar-besaran pada tahun 1850. Pada tahun tersebut Teysman berhasil mempraktekkan penyerbukan buatan dengan memuaskan sehingga diperoleh buah-buah panili pertama di Jawa. Keberhasilan inilah menjadikan panili mulai dikembangkan di Indonesia.

1.2. Sentra Penanaman

Sentra penanaman panili di Indonesia berada di daerah Jawa, Sumatra, Sulawesi dan Bali. Sedangkan sentra penanaman di dunia terdapat di Madagaskar, Mexico, Kepulauan Oceania, Dominica, Chili dan Portorico.

1.3. Jenis Tanaman

Klasifikasi: 

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas: Liliidae
Ordo: Orchidales
Famili: Orchidaceae (suku anggrek-anggrekan)
Genus: Vanilla
Spesies: Vanilla planifolia Andrew

Hanya ada 3 jenis panili yang mempunyai nilai ekonomi yaitu:

a) Vanilla planifolia Andrews: merupakan panili yang terbaik dan paling banyak ditanam di dunia.
b) Vanilla tahitensis JW. Moore: banyak terdapat di Tahiti dan Karibia, merupakan jenis terkecil.
c) Vanilla pompana Schiede: banyak terdapat di Amerika Tengah, Utara dan Selatan.

II. SYARAT PERTUMBUHAN

2.1. Iklim

a) Panili dapat hidup di iklim tropis pada posisi 20 derajat LU dan 20 derajat LS.
b) Pengaruh anging kurang baik bagi pertumbuhan panili. Baik angin kering maupun angin basah kurang baik bagi pertumbuhan buah panili.
c) Sedangkan curah hujan yang dikehendaki panili 1000-3000 mm/tahun.
d) Kebutuhan panili akan cahaya matahari sekitar 30-50% dari cahaya penuh.
e) Suhu udara yang dikehendaki tanaman panili adalah 9-38 derajat C dengan suhu udara optimal 20°C.
f) Kelembaban udara yang cocok untuk tanaman ini sekitar 60%-80%.

2.2. Media Tanam

  1. Tanah yang cocok untuk budidaya panili adalah tanah gembur, ringan yaitu tipe tanah lempung berpasir (sandy loam) dan lempung berpasir kerikil (gravelly sandy loam).
  2. Tanaman panili menyukai tanah yang mudah menyerap air dan tidak suka tanah yang tergenang air.
  3. Sedangkan derajat keasaman tanah (pH) yang sesuai untuk budidaya tanaman panili adalah 5,5-7 atau keadaan asam sampai netral. Keasaman tanah optimal berkisar pH 6 atau asam sedang.

2.3. Ketinggian Tempat

Ketinggian tempat yang cocok untuk budidaya tanaman panili antara 100-800 m dpl.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

3.1. Pembibitan

3.1.1. Persyaratan Benih dan Bibit


Syarat bibit generatif :
a) tulen, punya sifat yang hampir sama dengan induknya.
b) murni, biji tidak tercampur dengan yang berkualitas jelek.
c) segar, biji dalam kondisi segar dan sehat.


Syarat bibit vegetatif :
a) tanaman induk sehat dan cukup umur.
b) sudah mengeluarkan sulur dahan yang kuat.
c) tanaman induk belum atau jangan sampai berbuah.

3.1.2. Penyiapan Benih


a) Bibit generatif berasal dari biji yang unggul.
b) BibitvVegetatif menggunakan stek, untuk mempercepat perakaran stek dapat diolesi ROOTONE F, kemudian dibiarkan agak layu baru ditanam.
c) Kulture Jaringan, bibit ini dapat diperoleh di Balitro Bogor.

3.1.3. Teknik Penyemaian Benih

Bibit disemai dalam tanah yang mengandung pasir untuk memudahkan tumbuhnya akar. Tempat semai harus teduh.

3.1.4. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

Selama pembibitan dilakukan penyiraman setiap hari, tapi tidak boleh terlalu basah. Bibit yang tumbuh jelek segera disingkirkan.

3.1.5. Pemindahan Bibit

Umur bibit panili tergantung asal bibit untuk siap dipindahkan. Untuk stek sekitar umur 1-2 bulan siap dipindah ke areal penanaman, sedang untuk bibit biji waktunya sangat lama.

3.2. Pengolahan Media Tanam

3.2.1. Persiapan

Pengolahan lahan dikerjakan pada pertengahan musim kemarau yang bertujuan pada awal penghujan pohon pelindung dapat ditanam. Pada tahap ini perlu untuk mengecek kondisi tanah termasuk jenis apa, keasaman berapa yang bertujuan untuk mengetahui apakah tanah tersebut cocok/tidak.

3.2.2. Pembukaan Lahan

Tanah yang akan digunakan dibersihkan dari tanaman liar dan selanjutnya digemburkan dengan cara dibajak.

3.2.3. Pembentukan Bedengan

Setelah dibajak dibuat jalur bedengan dan parit. Lebar bedengan 80-120 cm sedang lebar parit 30-50 cm.

3.2.4. Pengapuran

Dilakukan pengapuran bila kondisi tanah terlalu asam.

3.2.5. Pemupukan

Pemupukan disesuaikan dengan kondisi tanah, bila kurang unsur hara perlu dilakukan pemupukan awal.

3.3. Teknik Penanaman

3.3.1. Penentuan Pola Tanam

Penanaman tepat di tengah bedengan. Pola tanam yang umum dilakukan adalah sistim monokultur.

3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam dibuat dengan ukuran panjang, lebar dan dalam antara 20x15x10 cm, 25x20x12 cm dan 30x25x15 cm.

3.3.3. Cara Penanaman

Setelah lubang tanam siap maka stek dapat ditanam dengan cara memasukkan 3 ruas seluruhnya ke dalam lubang secara mendatar agar akarnya bisa tumbuh dengan cepat dan sempurna. Setelah itu lubang tanaman ditutup dengan tanah galian yang sudah dicampur dengan pupuk kandang. Kemudian stek bibit bagian atas yang tidak terbenam dalam tanah diikat pada pohon panjatan dengan ikatan longgar.
Dalam penanaman stek bibit ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu waktu penanaman dan keadaan stek itu sendiri. Waktu tanam stek bibit yang baik dilakukan pada awal musim hujan sebelum hujan turun dengan lebat. Sedangkan keadaan stek yang akan ditanam sebaiknya dibiarkan/dilayukan terlebih dahulu selama 2-3 hari atau 12-15 hari dan dapat juga pangkal stek bibit dicelupkan dalam larutan kapur yang cepat kering dan keras untuk menghindari pembusukan.

3.4. Pemeliharaan Tanaman

3.4.1. Penyulaman

Penyulaman dilakukan jika ada beberapa bibit yang terserang hama, penyakit dan mengalami kematian. Tanaman-tanaman tersebut diganti dengan bibit baru yang masih segar. Oleh karena itu pengecekan secara kontinyu sangat perlu dilakukan.

3.4.2. Penyiangan

Kegiatan penyiangan bagi tanaman panili dilakukan sebulan sekali sesudah penanaman sampai pertumbuhan panili tidak kerdil dan terlambat. Penyiangan dapat dilakukan secara mekanis maupun manual.

3.4.3. Pembubunan

Pembubunan dilakukan untuk menjaga bedengan tetap rapi dan tanah tetap gembur agar air mudah terserap. Dilakukan bersamaan saat penyiangan.

3.4.4. Perempalan

  1. Perempalan bentuk dilakukan dengan cara memotong 15 cm dari tanaman panili yang dilengkungkan dan sisakan tiga cabang yang baik untuk dipelihara yang bertujuan membentuk kerangka tanaman agar kuat dan seimbang.
  2. Perempalan produksi dilakukan dengan cara memotong pucuk sepanjang 10-15 cm menjelang musim berbunga untuk menyempurnakan pembuahan. Pemangkasan model ini untuk mempertahankan keseimbangan kerangka tanaman dan merangsang pertumbuhan generatif terutama pertumbuhan bunga dan buah.
  3. Perempalan peremajaan adalah pemangkasan yang dilakukan dengan memotong cabang-cabang yang sudah pernah berbuah dan cabang-cabang yang lemah dan berpenyakit.


3.4.5. Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan cara menebar disekitar pohon dan selanjutnya ditimbun dengan tanah. Hal ini dilakukan karena sistem perakaran pada tanaman panili cukup dangkal dibandingkan tumbuhan lainnya. Jenis pupuk yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :

a. Pupuk kandang: 10-20 kg/pohon/tahun.
b. Urea: 8 kg/ha/tahun.
c. TSP: 4 kg/ha/tahun.
d. KCl: 14 kg/ha/tahun.
e. CaO: 5 kg/ha/tahun.
f. Mg: 2,5 kg/ha/tahun.

3.4.6. Pengairan dan Penyiraman

Tanaman panili tidak tahan terhadap kekeringan sehingga pada musim kemarau perlu disiram secukupnya yang bertujuan untuk merang sang pertumbuhan tanaman, perkembangan bunga serta buah.

3.4.7. Waktu Penyemprotan Pestisida

Jenis insektisida yang umum digunakan adalah Furadan, Leadarsenate. Sedang fungisidanya adalah Cupravit, Dithane dan benlate. Pemakaian pestisida ini umumnya dilakukan bila terjadi serangan hama maupun penyakit.

3.4.8. Pemeliharaan Lain

  1. Pemberian Mulsa
    Tanaman panili menghendaki tanah yang mengandung humus dan sangat peka terhadap gangguan mekanis maka pemberian mulsa dapat dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan penggemburan. Bahan mulsa yang diberikan sebaiknya dari hasil pemangkasan pohon pelindung, tetapi yang umum digunakan adalah dengan serbuk gergaji yang diletakkan di atas permukaan tanah dekat pohon panili.
  2. Perambatan
    • Sistem pagar sulur-sulur tanaman panili dibiarkan menjalar pada pagar yang telah dipasang secara horisontal. Pagar tempat menjalarnya panili dapat dibuat dari bambu yang diikatkan pada pohon yang satu dengan pohon yang lain.
    • Sistem perambatan penunjang tunggal tanaman panili dirambatkan lurus ke atas pada naungannya. Cara ini banyak dilakukan dibanding sistem pagar.
  3. Pemeliharaan Pohon Pelindung
    Pemangkasan cabang dilakukan untuk mempertahankan agar tetap teduh, mempermudah sistem sirkulasi dan mengatur intensitas sinar matahari.
  4. Pembungaan dan Penyerbukan
    Bunga panili akan kelihatan setelah berumur 1,5-3 tahun, bunga yang muncul berbentuk berupa dompolan dan akan mekar satu bunga secara bergantian. Mekarnya bunga hanya berlangsung 12 jam, yaitu mulai pukul 24:00 sampai menjelang tengah hari, sesudah itu bunga mulai layu dan mati. Oleh karena itu penyerbukan bunga dilakukan sekitar pukul 08:00 sampai 10:00. Penyerbukan buatan pada prinsipnya adalah mengangkat/memotong bibir yang membatasi kepala sari dan kepala putik, kemudian benang sari ditekan ke kepala putik untuk dilakukan penyerbukan.

3.5. Hama dan Penyakit

3.5.1. Hama

  1. Bekicot
    Menyerang dan merusak batang, bunga dan buah. Aktifitasnya dilakukan pada malam hari. Pengendalian: dilakukan secara manual dengan mengambil dan mengumpulkan bekicot satu persatu kemudian membakarnya sekaligus dalam satu lubang. 
  2. Belalang pedang
    Merusak/memakan daun muda dan batang panili. Pengendalian: menyemprotkan insektisida, sedangkan untuk pengendalian disemprotkan Diazinon sebanyak 2 cc perliter air. 
  3. Penggerek batang
    Larva hama ini merusak/menggerek batang tanaman panili yang menyebabkan tanaman panili lambat laun layu dan mati. Pengendalian: dengan penyemprotan insektisida. 
  4. Ulat bulu jambul dan ulat geni
    Merusak bagian pucuk, daun, batang dan bunga. Pengendalian: penyemprotan insektisida.

3.5.2. Penyakit

  1. Busuk akar
    penyakit yang sangat ganas karena mematikan tanaman panili. Gejala: akar hitam, tanaman menjadi kecoklat-coklatan dan akhirnya mati; biasanya terjadi pada saat produksi tertinggi pertama kali tercapai. Pengendalian: dengan menjaga kesuburan tanah dengan pemupukan, pemberian kapur secukupnya, dan mengatur kelembaban kebun panili. 
  2. Busuk batang
    Penyebab: jamur Fusarium batatatis. Gejala: pada batang terjadi bercak-bercak berwarna hitam yang akan meluas dan melingkar dengan cepat. Batang yang terserang akan keriput, berwarna coklat dan akhirnya kering. Pengendalian: dengan mengurangi kelembaban pada kebun panili dan drainase yang baik. Dapat juga saat stek akan ditanam dicelup dalam suspensi fungisida seperti Dithane M-45. 
  3. Busuk buah
    Ditemukan pada buah panili muda. Gejala: muncul bila menyerang pangkal akan banyak buah yang berguguran dan bila menyerang tengah buah akan hitam, kering selanjutnya mati. Pengendalian: penyemprotan fungisida Dithane M-45/Atrachol dengan dosis 1-2 sendok teh per 10 liter air. 
  4. Busuk pangkal batang
    Penyebab: oleh Sclerotium sp. Gejala: pangkal batang tampak berwarna coklat dan kebasah-basahan, bagian tanaman yang diserang dan tanah sekitar terdapat misellium jamur berwarna putih seperti bulu dengan banyak Sclerotium warna coklat. Pengendalian: dengan penyemprotan fungisida. 
  5. Bercak coklat pada buah
    Penyebab: oleh cendawan Phytophthora sp. dan menyerang buah panili yang hampir masak. Gejala: bercak-bercak coklat tua dan akhirnya busuk. Pengendalian: (1) segera memetik buah yang terserang kemudian membakarnya; (2) penyemprotan dengan bubur Bordeaux, Dithane M-45/Antrachol dosis 1-2/10 liter air. 
  6. Bercak hitam
    Penyebab: belum diketahui penyebabnya dan menyerang bagian atas maupun bawah daun. Pengendalian: memotong bagian yang terserang dan membakarnya. 
  7. Bercak coklat pada batang
    Penyebab: cendawan Nectria vanilla, zimm. Gejala: batang tampak bercak coklat yang lama-kelamaan menghitam dan melingkar ruas selanjutnya mati. Pengendalian: memotong batang yang terserang kemudian membakarnya. 
  8. Antraknosa
    Penyebab: jamur Calospora vanillae, Mass. Gejala: batang, daun, buah berwarna coklat muda kekuningan tampak licin dan terlihat jelas bagian yang terserang dan tidak. Pengendalian: memotong bagian terserang dan membakarnya. Selain itu juga pengaturan kelembaban dan drainase yang baik. 
  9. Karat merah
    Penyebab: cephaleuros heningsii, Schm. Gejala: bercak pada daun berdiameter 2 cm dan terus meluas hingga daun kering selanjutnya mati. Pengendalian: menyingkirkan bagian terserang dan mengatur kelembaban kebun dengan pemangkasan pohon pelindung. 
  10. Penyakit pascapanen
    Penyakit yang menyerang saat panili telah dipanen. Penyebab: jamur Aspergillus, Penicillium, Rhizopus, sp dan Sclerotium, sp. Pengendalian: penanganan pasca panen yang yang baik.

3.6. Panen

3.6.1. Ciri dan Umur Panen

Umur panen menentukan kualitas buah dan kandungan vanillin yang ada. Panen pada umur yang tidak tepat akan menghasilkan mutu buah yang rendah dan harga yang rendah pula. Hasil penelitian pengaruh umur panen terhadap kualitas panili terdapat dalam data berikut :

a) Umur panen 150 hari: kadar panili=0,85%; kadar abu=6,75%; kadar air=17,54%; rendemen=17,47%.
b) Umur panen 180 hari: kadar panili=1,90%; kadar abu=5,68%; kadar air=18,26%; rendemen=19,53%.
c) Umur panen 210 hari: kadar panili=2,65%; kadar abu=4,91%; kadar air=18,49%; rendemen=22,92%.
d) Umur panen 240 hari: kadar panili=2,95%; kadar abu=3,59%; kadar air=17,52%; rendemen=25,49%.
Pemetikan pada umur 240 hari (8 bulan) akan menghasilkan panili kering dengan kadar vanillin yang tinggi, kadar abu terendah, rendemen tertinggi dan kadar air yang aman. Selain umur panen ciri-ciri panili siap dipanen yaitu warna berubah dari hijau tua mengkilap menjadi hijau muda suram dengan garis-garis kecil warna kuning yang lambat laun melebar sampai ujung buah. Di Indonesia musim panen terjadi antara bulan Mei sampai Juli yaitu sekitar 2 sampai 3 bulan.

3.6.2. Cara Panen

Cara panen panili menentukan kualitas panili karena tidak semua buah dalam satu tandan masak bersamaan. Cara panen yang terbaik adalah memetik satu-persatu buah yang telah masak tanpa mengganggu buah lain dalam satu tandan yang masih mentah untuk menjaga mutu panili.

3.6.3. Periode Panen

Di Indonesia periode panen pada bulan Mei sampai Juli.

3.6.4. Prakiraan Produksi

Produksi rata-rata panili per pohon ditentukan oleh tingkat kesuburan tanah, umur panili dan cara pemeliharaannya. Dari hasil survey yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian Tanaman Industri Malang menunjukkan bahwa produksi panili per pohon ditentukan oleh umur panili. Tahun pertama sampai ketujuh produksi menunjukkan trend menaik dan setelah tahun kedelapan menunjukkan tren menurun. Prakiraan produksi dapat dilihat pada data berikut :

a) Umur panili 1-4 tahun: produksi panili 0,13-0,38.
b) Umur panili 5-7 tahun: produksi panili 1,39-1,50.
c) Umur panili >8 tahun: produksi panili 1-0,15 (mulai menurun).

3.7. Pascapanen

3.7.1. Pengumpulan

Buah panili dikumpulkan dalam keranjang bambu dan dijaga agar buah tidak sampai terluka atau cacat karena dapat menurunkan mutu.

3.7.2. Penyortiran dan Penggolongan

Selanjutnya disortir berdasar ukuran, bentuk, tingkat kemasakan dan penyingkiran buah yang cacat. Untuk ukuran panjang panili dikelompokkan dalam 7 kelompok ukuran panjang yaitu :

a) Kelompok I: ukuran panjang <10 cm
b) Kelompok II: ukuran panjang 10-12 cm
c) Kelompok III: ukuran panjang 13-14 cm
d) Kelompok IV: ukuran panjang 15-16 cm
e) Kelompok V: ukuran panjang 17-18 cm
f) Kelompok VI: ukuran panjang 19-20 cm
g) Kelompok VII: ukuran panjang >20 cm
Sedangkan untuk tingkat kemasakan dibagi menjadi 3 grade yaitu :

a) Grade I: buah masak petik, hijau kekuningan, ujung kuning tua, utuh, penuh dan tegar.
b) Grade II: buah terlalu masak, hijau kekuningan sampai coklat, ujung kuning tua sampai coklat, sedikit cacat, penuh dan tegar.
c) Grade III: buah belum masak, hijau pucat, ujung hijau pucat, kurang penuh dan agak keriput.

3.7.3. Penyimpanan

Agar panili tidak rusak maka panili harus disimpan dengan baik yaitu ditempatkan dalam kotak yang dalamnya telah dilapisi kertas koran/karung plastik tipis. Setelah itu ditempatkan di ruang tertentu pada suhu kamar. Syarat penyimpanan :

a) Mencegah rusaknya panili yang dapat menurunkan harga.
b) Mencegah timbulnya jamur pada panili.
c) Panili ditata sesuai ukuran dan kualitasnya.

3.7.4. Pengemasan dan Pengangkutan

Untuk pengiriman/penjualan panili ada dua bentuk pengemasan yaitu:
  • Bila panili belum diolah maka pengemasan yang baik dengan menggunakan kotak kayu yang telah dilapisi karung dan panili ditata sesuai ukuran dan ditumpuk sejajar.
  • Bila panili sudah diolah/serbuk panili maka pengemasan dengan menggunakan plastik yang telah punya ukuran tertentu dan diberi label.
Dalam pengangkutan kotak-kotak ditata rapat untuk mencegah adanya goncangan yang merusak panili.

3.7.5. Penanganan Lain

Penanganan ini merupakan proses untuk menghasilkan panili kering yang bermutu. Setelah pengumpulan dan penyortiran maka proses lanjutannya adalah :
  1. Pelayuan 
    Tujuan proses ini untuk menghentikan proses respirasi yang terjadi dalam buah, mematikan sel-sel buah panili tanpa mengurangi aktifitas dan kadar enzim dalam buah. Proses pelayuan dengan menggunakan alat perebus yang diisi air ¾ bagian dengan suhu antara 65-95 derajat C. Kemudian panili yang sudah dikelompokkan tadi dimasukkan keranjang kawat untuk direbus. Lama perebusan berdasar panjang buah :
    a) Kelompok I: lama rebus 8-10 detik
    b) Kelompok II: lama rebus 9-10 detik
    c) Kelompok III: lama rebus 10-15 detik
    d) Kelompok IV: lama rebus 12-15 detik
    e) Kelompok V: lama rebus 15-20 detik
    f) Kelompok VI: lama rebus 16-20 detik
    g) Kelompok VII: lama rebus 17-20 detik
    Sedang lama perebusan berdasar grade adalah grade I 2,7-3,3 menit, grade II 2,2-2,8 menit dan grade III 3,2-3,8 menit.
  2. Pemeraman
    Proses ini bertujuan memberi kesempatan enzim yang ada untuk melangsungkan pembentukan aroma. Pemeraman dilakukan dalam kotak khusus yang lengkap dengan tutup dan karung goni sebagai alasnya. 
    • Setelah perebusan panili ditiriskan sebentar hingga air tidak keluar lagi.
    • Panili ditata dan disusun dalam kotak pemeraman.
    • 48 jam kemudian dibuka akan menunjukkan perubahan warna dari hijau menjadi kecoklatan dan bau harum yang khas.
    • Bila tidak ada perubahan berarti proses pemeraman gagal dan harus diulangi dengan perebusan dan pemeraman kembali dengan waktu setengah dari proses sebenarnya.
  3. Pengeringan
    Tahap ini bertujuan megurangi kadar air hingga 25-30% dan untuk pengawetan.Pengeringan dilakukan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari, dioven dan diangin-anginkan. Bila cuaca baik pengeringan berlangsung selama 15-25 hari dan bila kurang baik bisa lebih lama dan kadang terserang jamur. Pengeringan dengan oven merupakan pengeringan terbaik karena dapat mempersingkat waktu jadi 1 minggu dengan suhu 50 derajat C tanpa mempengaruhi mutu buah panili. Sedangkan diangin-anginkan merupakan kelanjutan pengeringan untuk menurunkan kadar air secara perlahan di tempat teduh selama 3-6 minggu.

IV. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

4.1. Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya panili dengan luas lahan 1 ha di Malang tahun 1999.
  1. Biaya tahun ke-1
    1. Pembukaan lahan
    2. Bibit
    3. Penanaman pohon panjat
    4. Pemeliharaan tanaman yang belum produktif
      Jumlah produksi biaya tahun ke-1
  2. Biaya tahun ke-2
    1. Pemeliharaan setelah produktif
      Jumlah produksi biaya tahun ke-2
  3. Biaya tahun 3
    1. Pemeliharaan setelah produktif
    2. Panen
    3. Pascapanen
      Jumlah biaya produksi tahun ke-3
      Pendapatan (3 ton) @ Rp. 10.000,- / kg basah
      Keuntungan
  4. Biaya tahun ke-4
    1. Pemeliharaan setelah produktif
    2. Panen
    3. Pascapanen
      Jumlah biaya produksi tahun ke-4
      Pendapatan (12 ton) @ Rp. 10.000,- / kg basah
      Keuntungan
  5. Biaya tahun ke-5
    1. Pemeliharaan setelah produktif
    2. Panen
    3. Pascapanen
      Jumlah biaya produksi tahun ke-5
      Pendapatan (15 ton) @ Rp. 10.000,- / kg basah
      Keuntungan
  6. Biaya tahun ke-6
    1. Pemeliharaan setelah produktif
    2. Panen
    3. Pascapanen
      Jumlah biaya produksi tahun ke-6
      Pendapatan (18 ton) @ Rp. 10.000,- / kg basah
      Keuntungan

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.


420.000,-
300.000,-
540.000,-
776.500,-
2.036.500,-

685.000,-
685.000,-

1.145.500,-
4.500,-
32.400,-
1.182.400,-
30.000.000,-
26.096.100,-

1.270.000,-
7.500,-
54.000,-
1.331.500,-
12.000.000,-
36.764.600,-

1.827.500,-
9.000,-
77.760,-
1.914.260,-
15.000.000,-
49.850.340,-

1.827.500,-
9.000,-
77.760,-
1.914.260,-
18.000.000,-
65.936.080,-

4.2. Gambaran Peluang Agribisnis

Panili disebut emas hijau karena tingginya nilai ekonomi yang dikandung panili. Permintaan dalam negeri dan luar negeri sampai saat ini masih belum terpenuhi. Produksi panili Indonesia saat ini merupakan 10 % dari produksi dunia dan kadar Vanilline panili Indonesia adalah yang tertinggi yaitu 2,75 %. Kenyataan ini merupakan peluang yang sangat baik untuk dikembangkan melihat permintaan akan panili yang tidak pernah turun.

V. STANDAR PRODUKSI

5.1. Ruang Lingkup

Standar produksi ini meliputi: klasifikasi dan syarat mutu, cara pengambilan contoh dan cara uji.

5.2. Diskripsi

Standar mutu panili serbuk di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01-0010-1996.

5.3. Klasifikasi dan Standar Mutu

Tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01-0010-1996.

5.4. Pengambilan Contoh

Tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01-0010-1996.
Cara Uji:
  1. Keadaan 
    Cara uji sesuai dengan SNI 01-2891-1992, cara uji makanan dan minuman.
  2. Pesiapan contoh
    Cara uji persiapan contoh sesuai dengan SNI 01-2891-1992, cara uji makanan dan minuman.
  3. Kadar Vanilin
    Peralatan, terdii dari Spektrofotometer, labu ukur 100 ml dan pipet
    Pereaksi, terdiri dari Etanol, standar vanilin, NaOH 0,1 N
Cara kerja:
  1. Timbang dengan neraca analitis 0.100 gram standa vanilin
  2. Larutkan dengan 5 ml alkohol (Etanol) 95% p.a dalam C labu takar 100 ml dan encerkan sampai tanda batas dengan air suling (larutan A)
  3. Dari larutan A, berturut-turut pipet sebanyak 5 ml, 10 ml dan 15 ml, masing-masing dimasukkan kedalam labu takar 250 ml, encerkan dengan air suling sampai tanda batas (larutan B)

5.5. Pengemasan

Pengemasan tergantung bentuk jualnya, bila dijual panili kering maka pengemasan menggunakan kotak dan ditata rapi sesuai ukuran kemudiandiberi label. Sedang bila dalam bentuk sudah olah pengemasan menggunakan plastik dengan ukuran tertentu dan diberi label.

VI. REFERENSI

6.1. Daftar Pustaka


a) Hidayat A, 1996, Teknik Bertanam dan Budidaya Panili, Karya Anda, Surabaya.
b) Lawani M, 1995,. Panili Budidaya dan Penanganan Pasca panen, Kanisius, Yogyakarta
c) Trubus 4, 1988, Bisakah Panili Dibuat Bercabang, Penebar Swadaya, Jakarta.
d) Oven Sederhana Untuk Panili, Penebar Swadaya, Jakarta.
e) Sukses Budidaya Panili Tergantung Penyerbukan Dan Cara Panen, Penebar Swadaya, Jakarta.
f) Trubus 44, 1991, Peluang Panili di Pasar Dunia, Penebar Swadaya, Jakarta.
g) https://iptekpertanian.blogspot.com/

6.2. Personil

No comments:

Post a Comment