TEMBAKAU
( Nicotiana tabacum L. )
I. JUDUL
1.1. Sejarah Singkat
Tembakau adalah salah satu tanaman perkebunan/ industri berupa semak setahun yang berasal dari Amerika Selatan, pada tahun 1492 Columbus mengunjungi suku Indian Arawaks yang memberinya daun-daun kering berharga mahal. Pada tahun 1545, daun kering ini juga ditemukan di suku Indian Iroquois di Canada. Tahun 1558 Andre Thevet mengumumkan bahwa daun kering tersebut berasal dari tembakau. Dari Amerika Selatan tembakau disebarkan oleh orang Portugis dan Spanyol ke Turki (1600), Cina dan Jepang ( pertengahan abad ke 16), Afrika tengah (1889), New Zealand (1900) dll. Tidak diketahui kapan tepatnya tembakau masuk ke Indonesia.
1.2. Sentra Penanaman
Pusat penanaman tembakau adalah Sumatera Utara, Lampung, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Madura, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan.
1.3. Jenis Tanaman
Klasifikasi botani tanaman tembakau adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : AngiospermaeKelas : DicotyledonaeKeluarga : SolanaceaeGenus : NicotianaSpesies : Nicotiana tabacum L.
Varietas yang dianjurkan untuk :
- Tembakau cerutu:
- Tembakau Deli adalah D-4, KF-7 dan F1-45.
- Tembakau Vorstenlanden (untuk cerutu) adalah Timor vorstenlanden (TV) x gayamprit (G).
- Tembakau Besuki (tembakau pembalut dan pengisi cerutu) adalah varitas H 328, H 392, H 887, H 362 B.
- Tembakau pipa:Tembakau Lumajang adalah varietas K dan SAX.
- Tembakau sigaret:
- Tembakau Virginia (tembakau sigaret) adalah Dixie bright (DB) 101, coker 319, coker 48, coker 86, coker 176, north carolina 95, north carolina 2514
- Tembakau Oriental (Turki) adalah samsun, smyrna, macedonia orientale dan xanthi.
- Tembakau Barley adalah varitas KY 17, barley 21 dan Tn 87.
- Tembakau asli/rajangan.Terdiri atas banyak varitas yang sesuai dengan daerah pengembangannya.
Berdasarkan waktu dan masa panennya, jenis tembakau dapat dibedakan menjadi dua yaitu tembakau musim hujan (tembakau Na Ooqst/NO) dan tembakau musim kemarau (tembakau Voor Ooqst/VO) namun adapula tembakau yang masa panennya berada antara musim hujan dan musim kemarau, tembakau ini disebut tembakau NO/VO.
1.4. Manfaat Tanaman
Tembakau dimanfaatkan daunnya sebagai bahan pembuatan rokok. Daun tembakau NO dimanfaatkan sebagai pembuat cerutu, sedangkan tembakau VO adalah bahan baku pembuat sigaret.
II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
- Tanaman tembakau pada umumnya tidak menghendaki iklim yang kering ataupun iklim yang sangat basah.
- Angin kencang yang sering melanda lokasi tanaman tembakau dapat merusak tanaman (tanaman roboh) dan juga berpengaruh terhadap mengering dan mengerasnya tanah yang dapat menyebabkan berkurangnya kandungan oksigen di dalam tanah.
- Untuk tanaman tembakau dataran rendah, curah hujan rata-rata 2000 mm/tahun, sedangkan untuk tembakau dataran tinggi, curah hujan rata-rata 1500-3500 mm/tahun.
- Penyinaran cahaya matahari yang kurang dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang baik sehingga produktivitasnya rendah. Oleh karena itu lokasi untuk tanaman tembakau sebaiknya dipilih di tempat terbuka dan waktu tanam disesuaikan dengan jenisnya.
- Suhu udara yang cocok untuk pertumbuhan tanaman tembakau berkisar antara 21-32,3 derajat C.
2.2. Media Tanam
- Tembakau Deli sangat cocok untuk jenis tanah aluvial dan andosol. Tanah regosol sangat cocok untuk tembakau vorstenlanden dan besuki. Tembakau Virginia flu-cured cocok untuk tanah podsolik. Sedangkan untuk tembakau rakyat atau asli dapat tumbuh mulai dari tanah ringan (berpasir) sampai dengan tanah berat (liat).
- Derajat keasaman tanah yang baik untuk tanaman tembakau adalah yang memiliki pH 5-6. Tembakau Deli memerlukan pH 5-5,6, tembakau virginia 5,5-6,0. Apabila didapat nilai yang kurang dari 5, maka perlu diberikan pengapuran untuk menaikan pH sedangkan bila didapat nilai pH lebih tinggi dari 6 maka perlu diberikan belerang untuk menurunkan pH.
- Tanah yang baik bersifat gembur, remah, mudah mengikat air, memiliki tata air dan udara yang baik sehingga dapat meningkatkan drainase.
- Makin tinggi tempat penanaman makin tinggi kadar nikotinnya. Kemiringan di atas 30% tidak direkomendasikan.
2.3. Ketinggian Tempat
Daerah yang dapat ditanami tembakau berketinggian antara 200-3.000 m dpl.
III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Persyaratan Benih
Benih harus memiliki sertifikat/telah diketahui kualitasnya. Jumlah benih yang dipergunakan adalah 8-10 gram/ha, tergantung pada jarak tanamnya. Selain itu biji harus utuh, tidak terserang hama penyakit dan biji tidak keriput.
3.1.2. Penyemaian Benih
Untuk persemaian permanen yang dilakukan di lapangan, hamparan tanah diolah sedalam 30 cm, diberi pupuk kandang, dibuat bedengan, desinfeksi bedengan dengan terusi 2%/20 gram CuSO4.
Media semai untuk persemaian dari kotak papan kayu, keranjang bambu, bahan bangunan atau polybag adalah sebagai berikut:
- Tanah yang digunakan harus dikukus dahulu selama 1 jam pada suhu 100 derajat C selama 1 jam , kemudian diberi fumigan Basamid 3 G dengan dosis 70 gram/m3 atau larutan formalin 4% yang siramkan ke dalam tanah dan tutup selama 7 hari. Empat hari sebelum digunakan penutup buka dan diangin-anginkan.
- Media semai merupakan campuran tanah dengan pupuk kandang 1:1. Dosis pupuk untuk setiap meter persegi media semai adalah 70 gram DS dan 35 gram ZA.Pengisian pada polybag hendaknya 90% penuh dan beri lubang drainase pada dasarnya.
3.1.3. Teknik Penyemaian Benih
- PermanenDapat berupa nampan plastik berlubang-lubang untuk menanam benih, sistim ini disebut sebagai sistim tray. Pergunakan nampan plastik berukuran 40 x 60 cm yang berisi 308 lubang tanam berukuran 2,2 cm x 2,2 cm dengan kedalaman 4 cm; atau dibuat langsung di lahan berupa bangunan berupa kotak dengan lebar 120 cm, tinggi kotak 25 cm dan panjang disesuaikan kondisi lahan.
- Semi permanenTempat persemaian yang hanya dapat digunakan beberapa kali saja. Bahan yang digunakan adalah papan kayu/anyaman bambu. Ukuran panjang 1 m, lebar 1 m dan tinggi 25 cm atau panjang 1 m, lebar 2m dan tinggi 25 cm.
- Tidak permanenPersemaian dilakukan langsung di lapangan dengan dibuat bedeng-bedeng/parit-parit. Bedeng dibuat berukuran 100-120 cm dan tinggi 20-30 cm, panjang disesuaikan dengan lahan. Tempat persemaian dapat berupa polybag berukuran 8 x 10 cm.Media semai untuk sistem tray adalah campuran tanah dan pupuk kandang steril (1:1). Pupuk ZA, SP-36 dan ZK dengan dosis 60 gram dicampurkan dengan 20 kg media. Setiap nampan diisi dengan sekitar 5 kg atau ¼ blek minyak tanah. Lebar bedengan untuk menyimpan tray adalah 110 cm dan tinggi 110 cm Kemudian letakkan tray tersebut pada alas bedengan yang sebelumnya telah diberi pasir. Jarak antara sisi bedengan dengan pinggir tray adalah 10 cm. Jarak antar tray yang satu dengan lain juga 10 cm.
Bedeng persemaian diberi naungan berupa daun-daunan dengan tinggi atap 1 m di sisi Timur dan 60 cm di sisi Barat.
3.1.4. Pemeliharaan Bibit
Pemeliharaan bibit pada dasarnya dilakukan untuk menjaga agar media tetap dalam keadaan lembab. Selain itu bibit tembakau juga perlu mendapat sinar matahari yang cukup, oleh karena itu atap persemaian dianjurkan dibuka pada pagi hari sampai jam 10.00.
Penjarangan tanaman juga sangat perlu agar didapatkan bibit yang baik. Penjarangan dapat dilakukan pada umur 7 hari.
3.1.5. Pemindahan Bibit
- Benih disterilkan dengan merendamnya dalam larutan perak nitrat 0,1% selama 15 menit atau direndam dengan air panas 52 derajat C, lalu dikeringanginkan.
- Kecambahkan pada baki/tampah yang diberi alas kertas merang atau kain yang dibasahi hingga agak lembab. Tiga hari kemudian benih sudah menampakkan akarnya yang ditandai dengan bintik putih. Pada stadium ini benih baru dapat disemaikan.
- Siram dahulu media semai sampai agak basah dan lembab. Semaikan kecambah dengan cara-cara seperti ini:
- Cara menyemai di kotak persemaian. Benih disebar hingga merata pada permukaan media. Di tabur pada alur-alur sedalam 0,5 cm dan jarak alur sekitar 5 cm kemudian ditutup tanah tipis-tipis.
- Cara menyemai biji pada polybag. Masukan benih pada lubang sedalam 0,5 cm dan tutup tanah tipis-tipis.
- Cara menyemai benih pada nampan (sistem Tray). Tanam pada lubang sedalam 0,5 cm, setiap lubang dapat diisi 2-3 benih tembakau. Masukan benih dengan menggunakan sendok kecil. Penyiraman diperlukan untuk menjaga agar media tetap lembab.
Pada umur tiga minggu setelah benih disemai, bibit dipindahkan masing-masing sebanyak satu tanaman ke dalam polybag yang berisi media tanam. Pindahkan hanya bibit yang baik. Bibit sudah dapat dipindahtanamkan ke kebun apabila berumur 35-55 hari setelah semai.
3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Persiapan
Persiapan dan pengolahan tanah adalah 25-55 hari sebelum semai. Sebelum tanah diolah dibiarkan kering selama 1 bulan.
3.2.2. Pembukaan Lahan
Pengolahan tanah yang pertama dibajak dengan traktor/bajak dan tanah hasil bajakan dibiarkan selama satu minggu sebagai tindakan disinfektan alami karena terkena cahaya matahari.
3.2.3. Pembentukan Bedengan
Bedeng tidak perlu lebar cukup 40 cm dan tinggi 40 cm. Jarak antar bedeng 90-100 cm. Arah bedeng yang baik adalah membujur antara timur dan barat karena matahari dapat diterima merata oleh tanaman.
3.2.4. Pemupukan
Pupuk kandang yang baik adalah pupuk kandang domba dengan dosis 25-30 ton/ha. Setelah satu minggu buat parit-parit irigasi dan bedeng-bedeng penanaman bibit.
3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Penentuan Pola Tanam
Untuk jenis VO jadwal yang baik adalah pada akhir musim hujan yaitu pada bulan April-Mei apabila ditanam pada sawah tadah hujan. Pada sawah beririgasi teknis lakukan pada Mei-Juni. Untuk jenis jenis NO jadwal tanam yang baik dilakukan pada musim kemarau, yaitu pada bulan Juli-Agustus.
3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam.
Apabila diinginkan daun yang tipis dan halus maka jarak tanam harus rapat, sekitar 90 x 70 cm. Tembakau Madura ditanam dengan jarak 60 x 50 cm yang penanamannya dilakukan dalam dua baris tanaman setiap gulud. Jenis tembakau rakyat/rajangan umumnya ditanam dengan jarak tanam 90 x 90 cm dan penanamannya dilakukan satu baris tanaman setiap gulud, dan jarak antar gulud 90 cm atau 120 x 50 cm.
3.3.3. Cara Penanaman
Pemindahan bibit dari polibag dilakukan dengan membasahi media tanam, merobek polibag dan mengeluarkan tanaman beserta tanahnya. Cara memindahkan bibit dari kotak persemaian/ bedengan terdiri atas:
- Cara cabutBibit dicabut dari polybag dengan cara dibasahi agar mempermudah pencabutan. Akar bibit yang dicabut dengan cara ini tidak mengandung massa tanah.
- Cara putaranDapat pula benih diambil dengan mempergunakan sendok agar tanahnya terambil.Lubang tanam disesuaikan dengan jarak tanam, buat dengan kedalaman 10-15 cm basahi dahulu tanahnya agar bibit dapat berdiri dengan tegak. Benamkan bibit sedalam leher akar. Waktu tanam lebih baik dilakukan pada pagi hari atau sore hari.
3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penjarangan dan Penyulaman
Penyulaman terakhir dapat dilakukan 3 minggu setelah tanam. Penyulaman dapat dilakukan seminggu setelah tanam, bibit yang kurang baik dapat diganti dengan cara dicabut dan diganti dengan bibit baru yang berumur sama.
3.4.2. Penyiangan
Penyiangan dapat dilakukan bersamaan dengan pembumbunan yaitu setiap 3 minggu sekali. Penyiangan dapat dilakukan dengan tangan/ dicabut gulmanya/dengan herbisida.
3.4.3. Pemupukan
Pemupukan susulan dilakukan dua kali (pupuk susulan I dan II). Dosis pupuk yang dianjurkan tergantung dari tempat dan varitas:
a) Di tanah Regosol di Kecamatan tempeh Lumajang: 660 kg Urea, 208 kg SP-36 dan 324 pupuk KCl.b) Di tanah Regosol di Kecamatan Kunid Lumajang: 445 kg Urea, 187,5 kg SP-36 dan 182 kg pupuk KCl.c) Tembakau Temanggung di Pujon, Malang: 143 kg ZA, 187,5 kg CPN (Chilean Potassium Nitrat), 100 kg SP-36 dan 100 kg ZK.d) Tembakau rajangan di Salatiga: 600 kg urea, 360 kg SP-36 dan 360 kg KCl.e) Tembakau deli: 343 kg ZA, 358 SP-36 dan 577 kg ZK.
Cara pemberian pupuk adalah sebagai berikut:
a) Pupuk kandang dicampur dengan permukaan tanah bedengan sebelum tanam.b) Pupuk fosfat diberikan saat tanam dengan ditaburkan di permukaan tanah, diberi air dan dicampur tipis dengan tanah.c) Pupuk nitrogen dan kalium diberikan bertahap pada 7 dan 28 hari setelah tanam dengan cara diletakkan dalam larikan berjarak 10 cm dari batang.
3.4.6. Pengairan dan Penyiraman
Pengairan diberikan 7 hari setelah tanam dengan jumlah air sedikitnya 1-2 liter pertanaman, setelah umur 7-25 hari frekuensi penyiraman adalah 3-4 liter pertanaman, Pada umur 25-30 hari setelah tanam frekwensi pemberian air diberikan 4 liter pertanaman. Pada umur 45 hari setelah tanam pertumbuhan akan sangat cepat oleh karena itu diperlukan 5 liter pertanaman setiap 3 hari. Setelah itu pada umur 65 hari tanaman tidak memerlukan penyiraman lagi, kecuali bila cuaca sangat kering.
3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama
- Ulat daun ( Spodoptera litura dan Prodenia litura )Penyebab: ulat daun memakan daun tembakau sehingga habis. Gejala: berupa lubang-lubang tidak beraturan dan berwarna putih pada luka bekas gigitan. Pengendalian: memangkas daun yang menjadi sarang telur dan ulat, penggenangan sesaat pada pagi/sore hari karena pada saat tersebut ulat-ulat berada dalam tanah. Semprotkan dengan Furadan 3 G, Monitor 200 LC atau Orthene 75 SP.
- Ulat tanah ( Agrotis ypsilon )Penyebab: ulat berwarna coklat tua kehitaman beruas-ruas. Gejala: daun tembakau yang diserang berlubang-lubang terutama daun muda sehingga tangkai daun rebah. Pengendalian: (1) memangkas daun yang menjadi sarang telur dan ulat, penggenangan sesaat pada pagi/sore hari karena pada saat tersebut ulat-ulat berada dalam tanah; (2) cara kimia dengan Dursban 20 EC, Furadan 3G, Hostation 40 EC yang disemprotkan pada sekitar pangkal batang dan daun tembakau, dapat pula digunakan perangkap dengan umpan Dipterex 95 SL, dedak, gula merah dan air.
- Ulat penggerek pucuk ( Heliothis sp. )Gejala: menyerang daun tembakau bagian pucuk yang baru terbuka, selain itu menyerang tanaman muda di persemaian, daun-daun pucuk tanaman yang terserang berlubang-lubang dan habis. Pengendalian: memotong dan membakar daun yang mengandung telur/ulat, membersihkan sisa tanaman, menyemprotkan Ambush 2 EC, Bayrusil 250 EC, Fomadol 50 Ec/Thiodan 35 EC.
- Nematoda ( Meloydogyne sp. )Gejala: bagian akar tanaman tampak bisul-bisul bulat dengan ukuran bervariasi, tanaman menjadi kerdil, layu, daun berguguran dan akhirnya tanaman tersebut mati. Pengendalian: menjaga sanitasi kebun, memberantas gulma dan menyemprotkan Furadan 3 G, Temik 10 G, Vydate 10 G atau Vydate 10 AS.
- Kutu daun ( Aphis Sp.)Gejala: menyebarkan noda hitam pada daun, selain itu ia dapat menyebarkan penyakit yang disebabkan virus. Pengendalian: (1) menyebarkan predatornya yaitu Koksinela; (2) menyemprotkan Sevidan 70 WP, Azordin 15 CS atau Orthene 75 SP.
- Gurem (Thrips tabaci)Gejala: menyerang tanaman segala umur, jika terjadi serangan hebat di persemaian, tanaman akan mati, serangan pada tanaman dewasa menyebabkan daun berwarna jingga dan mengering. Pengendalian: rotasi tanaman dan insektisida Sevin 5D.
- Hama lainnyaGangsir (Gryllus mitratus), jangkrik (Brachytrypes portentosus), orong-orong (Gryllotalpa africana), semut geni (Solenopsis geminata), belalang banci (Engytarus tenuis) dan kepik (Besimea tabaci).
3.5.2. Penyakit
- Hangus batang (damping off )Penyebab: jamur Rhizoctonia solani. Gejala: batang tanaman yang terinfeksi akan mengering dan berwarna coklat sampai hitam seperti terbakar. akibatnya tanaman akan mati. Pengendalian: cabut tanaman yang terserang dan bakar, semprotkan fungisida misalnya Antracol 70 WP, Altan 50 WP dan lain-lain.
- LanasPenyebab: Phytophora parasitica var. nicotinae. Gejala: timbul bercak-bercak pada daun berwarna kelabu yang akan meluas pada batang, tanaman yang terserang akan lemas dan menggantung selanjutnya akan layu dan mati. Pengendalian: cabut tanaman yang terserang dan bakar, semprotkan fungisida misalnya Antracol 70 WP, Altan 50 WP dan lain-lain.
- Patik daunPenyebab: jamur Cercospora nicotianae. Gejala: di atas daun terdapat bercak bulat putih hingga coklat, bagian daun yang terserang menjadi rapuh dan mudah robek. Pengendalian: dengan desinfeksi bibit, merenggangkan jarak tanam di persemaian, mengolah tanah dengan intensif, menggunakan air yang "bersih", membongkar dan membakar tanaman/bagian tanaman terserang, dengan fungisida Bayleton 250 EC, Bavistin 50mWP, Cobox, Difolatan 4 F dsb.
- Bercak coklatPenyebab: jamur Alternaria longipes. Gejala: timbul bercak-bercak coklat, selain tanaman dewasa penyakit ini juga menyerang tanaman di persemaian. Jamur juga menyerang batang dan biji. Pengendalian: mencabut dan membakar tanaman yang terserang, menyemprotkan fungisida misalnya Antracol 70 WP, Altan 50 WP dsb.
- Busuk daunPenyebab: bakteri Sclerotium rolfsii. Gejala: mirip dengan lanas namun daun pada tumbuhan ini akan membusuk dan akarnya bila diteliti diselubungi oleh massa cendawan. Pengendalian: mencabut dan membakar tanaman yang terserang, semprotkan fungisida misalnya Antracol 70 WP, Altan 50 WP dsb.
- Layu bakteriMenyerang bibit dan tanaman dewasa. Infeksi terjadi melalui luka-luka di akar akibat serangan nematoda atau penggemburan (pendangiran) yang tidak hati-hati. Penyebab: bakteri Bacterium solanacearum, Pseudomonas solanacearum, Xanthomonas solanacearum, Bacillus solanacearum). Gejala: akar yang terinfeksi menjadi busuk berwarna coklat dan menghitam, batang tanaman yang sakit berwarna coklat. Pengendalian: rotasi tanaman bukan keluarga Solanaceae, menghindari luka akar dan penyemprotan bakterisida Agrimycin 15/1,5 WP atau Agrept 25 WP.
- Penyakit VirusPenyebab: virus mozaik (Tobacco Virus Mozaic, (TVM), Kerupuk (Krul), Pseudomozaik, Marmer, Mozaik ketimu (Cucumber Mozaic Virus). Gejala: pertumbuhan tanaman menjadi lambat. Pengendalian: menjaga sanitasi kebun, tanaman yang terinfeksi di cabut dan dibakar. TMV dapat dicegah dengan insektisda Bayrusil 250 EC, Orthene 75 SP, Suprqcide 40 EC.Pada umumnya, tindakan pencegahan hama dan penyakit tanaman dapat dilakukan sedini mungkin dengan pengolahan dan pemupukan tanaman yang baik, penggunaan bibit suci hama, pergiliran tanaman dengan bukan keluarga Solanaceae, sanitasi kebun, pengairan yang baik (tidak kering dan tidak menggenang), penggunaan air yang "bersih", menghindari luka akar, melepas predator/musuh alami dan mematikan hama di lapangan atau memotong, mencabut, membuang, memusnahkan bagian tanaman yang terserang.
3.6. Panen
3.6.1. Ciri dan Umur Panen
Pemetikan daun yang tembakau yang terbaik adalah jika daun-daunnya telah cukup umur dan telah berwarna hijau kekuning-kuningan.
Untuk golongan tembakau cerutu maka pemungutan daun yang baik adalah pada tingkat tepat masak/hampir masak hal tersebut di tandai dengan warna keabu-abuan. Sedangkan untuk golongan sigaret adalah pada tingkat kemasakan tepat masak/masak sekali, apabila pasar menginginkan krosok yang halus maka pemetikan dilakukan tepat masak. Sedangkan bila menginginkan krosok yang kasar pemetikan diperpanjang 5-10 hari dari tingkat kemasakan tepat masak.
Di beberapa negara, pematangan daun dapat dipercepat dengan menyemprotkan etilen dalam bentuk 2-chloroethyl phosphoric acid.
3.6.2. Cara Panen
Dilakukan dengan menebang batang tanaman beserta daun-daunnya tepat pada pangkal batangnya atau hanya memetik daunnya saja tanpa menebang daunnya. Daun dipetik mulai dari daun terbawah ke atas. Kebersamaan waktu pemasakan daun dapat terjadi karena perlakuan budidaya misalnya karena pemangkasan pucuk yang dilakukan saat bunga mekar. Waktu yang baik untuk pemetikan adalah pada sore/pagi hari pada saat hari cerah.
Pemetikan dapat dilakukan berselang 3-5 hari, dengan jumlah daun satu kali petik antara 2-4 helai tiap tanaman. Untuk setiap tanaman dapat dilakukan pemetikan sebanyak 5 kali. Setiap tanaman akan menghasilkan daun basah seberat 0,65 kg.
3.7. Pascapanen
3.7.1. Pengumpulan
Merupakan kegiatan memisah-misahkan hasil berdasarkan varietas, kemasakan daun (warna), ukuran daun dan kecacatan daun. Daun yang dipetik jangan sampai terlipat/tertekan secara mekanis. Hindarkan kontak langsung daun dengan matahari.
3.7.2. Penyortiran dan Penggolongan
Pengelompokkan daun berdasarkan kualitas paling mudah dilakukan berdasarkan warna daun yaitu:
a) Trash (apkiran): warna daun hitamb) Slick (licin/mulus): warna daun kuning mudac) Less slick (kurang liciin): warna daun kuning (seperti warna buah jeruk lemon)d) More grany side (sedikit kasar): warna daun antara kuning-oranye.
Klasifikasi untuk setiap jenis tembakau adalah sebagai berikut:
- Tembakau Cerutu
- daun pasir
- daun kaki: daun kaki pertama (DKP) dan daun kaki atas (DKA)
- daun tengah/madya: daun madya pertama (DMP) dan daun madya atas (DMA)
- daun pucukUntuk varietas tembakau, tembakau Deli dan tembakau Besuki, lembaran kaki adalah tembakau dengan kualitas terbaik sehingga lembaran lain tidak diambil.
- Tembakau Sigaret
- daun pasir
- daun bawah dan tengah
- daun atas
- daun pucukUntuk tembakau Virginia, lembaran daun bawah dan tengah adalah yang terbaik, disusul oleh lembaran daun atas. Lembaran lain berkualitas rendah.
- Tembakau rajangan
- Kualitas baik: daun pasir dan 1-2 lembar daun kaki
- Kualitas kurang: daun tengah
Adapun pengolahan daun tembakau adalah :
- Penjemuran matahariPenjemuran dapat dilakukan dengan menyusun daun tembakau yang telah disujen pada tiang-tiang di lapangan terbuka. Pangkal sujen ditempatkan di atas tiang sehingga daun bebas menggantung. Cara lain adalah menjemur daun di atas permukaan tanah atau rumput dengan menggunakan meja yang dialasi kerangka bambu. Pada cara ini daun harus dibalikkan. Selama penjemuran 3-4 hari dan kelembaban tinggi, daun akan menguning. Penjemuran dihentikan setelah 4-5 hari ketika daun telah benar-benar kering.
- Menganginkan (air curing)Dilakukan di tempat teduh, sehingga daun menjadi krosok tanpa terkena matahari. Bila dianginkan di dalam ruangan maka ruangan harus memiliki ventilasi yang baik. Proses ini berlangsung hingga krosok kering dan berwarna kekuningan. Di Besuki proses ini dapat berlangsung selama 21 hari, sedang di Deli hanya 14 hari.
- PengasapanBertujuan untuk pengikatan warna, pengeringan dan pemberi rasa/ aroma pada krosok. Dilakukan dengan menaikan suhu ruang tempat krosok sampai 38-40 derajat C.
- PerajanganDaun tembakau yang telah menguning dapat dirajang. Perajangan dapat secara halus atau kasar. Hal yang harus diperhatikan gagang harus dibuang 3/4 bagian dari pangkal gagang dan waktu perajangan. Perajangan yang menghasilkan mutu terbaik adalah perajangan pada pukul 06.00-06.30 dan langsung di jemur.
IV. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
4.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya tembakau rajangan seluas 1 ha; dengan populasi 12.346 (jarak tanam 90 x 90 cm) selama 4 bulan ; pada tahun 1999 di Bandung.
|
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. |
850.000,- 2.100.000,- 800.000,- 500.000,- 75.000,- 50.000,- 100.000,- 3.750.000,- 900.000,- 648.000,- 594.000,- 200.000,- 31.500,- 15.000,- 27.000,- 240.000,- 32.500,- 32.000,- 500.000,- 720.000,- 60.000,- 312.000,- 192.000,- 192.000,- 288.000,- 192.000,- 288.000,- 1.368.950,- 15.058.450,- = 7.222,40 kg 19.500.480,- 4.442.030,- 1.110.507,5 = 1,29 |
4.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Tembakau adalah bahan baku utama rokok dan cerutu. Indonesia adalah negara yang memproduksi rokok dan cerutu dalam jumlah yang besar. Selain itu, Indonesia juga mengekspor daun tembakau ke Eropa melalui Bremen Jerman. Selama industri rokok masih berkembang atau bertahan, agribisnis tembakau akan selalu mendapatkan pasarnya. Untuk membuka agribisnis tembakau perlu diperhatikan varitas yang akan ditanam karena suatu varitas tembakau memerlukan spesifikasi jenis tanah dan iklim tertentu.
V. STANDAR PRODUKSI
5.1. Ruang Lingkup
Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, pengambilan contoh, cara uji, penandaan.dan pengemasan.
5.2. Klasifikasi dan Standar Mutu
Kadar air tembakau yang diterima di pasaran Internasional adalah 10,5%. Setelah sortasi untuk menentukan mutu daun, harus dilakukan pengeringan kembali setelah sortir.
5.4. Pengambilan Contoh
Menurut persetujuan pembeli dan penjual.
5.5. Pengemasan
Menurut persetujuan pembeli dan penjual.
VI. REFERENSI
6.1. Daftar Pustaka
a) Akehurst, B.C. 1981. Tobacco. Longman. London.
b) Bambang Cahyono, Ir. 1998. Tembakau Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
c) https://iptekpertanian.blogspot.com
No comments:
Post a Comment