CENGKEH
( Syzigium aromaticum L. )
I. JUDUL
1.1. Sejarah Singkat
Tanaman Cengkeh ( Syzigium aromaticum L. ) merupakan tanaman perkebunan / industri berupa pohon dengan famili Myrtaceae. Asal tanaman cengkeh ini belum jelas, karena ada yang beberapa pendapat bahwa pohon cengkeh berasal dari Maluku Utara, Kepulauan Maluku, Philipina atau Irian. Di daerah kepulauan Maluku ditemukan tanaman cengkeh tertua di dunia dan daerah ini merupakan satu-satunya produsen cengkeh terbesar di dunia.
Penyebaran tanaman cengkeh keluar pulau Maluku mulai sejak tahun 1769. Bibit tanaman ini mula-mula diselundupkan oleh seorang kapten dari Prancis ke Rumania, selanjutnya disebarkan ke Zanzibar dan Madagaskar. Penyebaran tanaman cengkeh ke wilayah Indonesia seperti Jawa, Sumatra, Kalimantan baru dimulai pada tahun 1870. Sampai saat ini tanaman cengkeh telah tersebar ke seluruh dunia.
1.2. Sentra Penanaman
Cengkeh banyak di tanam di Indonesia, khususnya Kepulauan Maluku (Tidore, Ternate, Mutir), dan Jawa Timur. Adapun sentra penghasil cengkeh dunia adalah Madagaskar, Zanzibar, Philipina dan Malaysia.
1.3. Jenis Tanaman
Klasifikasi Tanaman Cengkeh :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Myrtales
Suku : Myrtaceae
Marga : Syzygium
Jenis : Syzygium aromaticum (L.) Merr. & Perry
Cengkeh (Eugenia aromatica OK atau Syzigium aromaticum (L)) termasuk dalam famili Myrtaceae. Varietas-varietas unggul yang ditanam:
- Cengkeh Siputih: (1) Helai daun besar dan berwarna kuning atau hijau muda; (2) Cabang kurang rimbun; (3) Bunga besar, warna kuning dan berjumlah belasan per rumpun.
- Cengkeh Sikotok (1) Helai daun kecil, warna hijau sampai hijau tua kehitam-hitaman dan lebih mengkilap; (2) Cabang rimbun dan rendah, semua ranting tertutup daun; (3) Bunga kuning kemerahan, tiap rumpun 20-50 bunga.
- Cengkeh Zanzibar : (1) Bentuk daun panjang ramping dan berwarna hijau gelap; (2) Bunga berwarna lebih merah dengan produksi tinggi; (3) Merupakan jenis terbaik.
1.4. Manfaat Tanaman
Sebagai bahan obat-obatan tradisional dan upacara keagamaan, terutama di India dan Tiongkok. Kini pemanfaatannya beraneka macam, mulai digunakan sebagai rempah-rempahan, bahan campuran rokok kretek dan bahan pembuatan minyak cengkeh.
II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
a) Cengkeh menghendaki iklim yang panas dengan curah hujan cukup merata, karena tanaman ini tidak tahan kemarau panjang.
b) Angin yang terlalu kencang dapat merusak tajuk tanaman. Untuk petumbuhannya
c) Curah hujan optimal bagi pertumbuhan tanaman cengkeh antara 1500-4500 mm/tahun.
d) Cengkeh menghendaki sinar matahari minimal 8 jam per hari.
e) Suhu yang optimal tanaman ini dikehendaki adalah 22-30 derajat C, dengan kelembaban udara antara 60-80%.
2.2. Media Tanam
- Jenis tanah yang baik adalah latosol, andosol dan podsolik merah. Menyukai tanah gembur dengan drainase yang baik.
- Derajat keasaman (pH) yang cocok untuk tanaman cengkeh adalah 5,5-5,6.
- Kedalaman air tanah pada musim hujan tidak lebih dangkal dari 3 m dari permukaan tanah dan pada musim kemarau tidak lebih dari 8 m.
- Tanah dengan kemiringan sampai 20% lebih baik dari tanah datar, karena dranasenya baik. Pada tanah itu harus dibuat parit dranase sedalam kurang lebih 1m agar air meluap pada musim hujan dapat disalurkan ke arah lain.
2.3. Ketinggian Tempat
Tanaman cengkeh cocok pada ketinggin 0-900 m dpl. (paling optimum pada 300-600 m dpl) atau terletak pada ketingginan lebih dari 900 m dpl, dengan hamparan lahan yang menghadap laut.
III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Persyaratan Benih atau Bibit
Bibit harus sehat, memiliki batang yang kokoh dengan percabangan kuat, daun lebat, tidak terserang hama dan penyakit, permukaan batang, mulus berwarna kecoklatan, dan berbatang tunggal. Tinggi rata-rata 25-30 cm umur 1 tahun dan 50-75 cm umur 2 tahun.
3.1.2. Penyiapan Benih
Bibit berasal dari biji atau generatif. Adapun benih bermutu dapat diperoleh pada sumber/tempat sebagai berikut:
a) Kebun cengkeh Branggah Banaran Jawa Tengah
b) Kebun percobaan tanaman industri Cibinong Jawa Barat
c) Puslit dan pengembangan tanaman Industri Bogor
d) PTP X Lampung
e) Kebun cengkeh Lijen dan Bayu Kidul Jawa timur
f) PTP XXIII Jawa Timur
g) Balai Penelitian Tanaman Industri, serta Dinas Perkebunan terdekat.
Benih harus disimpan ditempat kering, tidak lembab dan bebas dari hama. Biasanya ruangan bersuhu kamar (20-30 derajat C) dengan kelembaban 30%. Kebutuhan benih untuk kebun adalah benih yang disemaikan 2X jumlah bibit yang akan ditanam dilapang.
3.1.3. Teknik Penyemaian Benih
- Penyemaian pendahuluanBiji disemai pada media pasir dan serabut dengan perbandingan 3:1, ketebalan 20-25 cm dan ditempatkan pada tempat yang teduh.
- Penyemaian lanjutanSetelah perkecambahan bibit dapat disemai langsung di bedengan tanah yang telah dicangkul dan dicampur pupuk kandang secara merata. Ukuran bedengan 10 x 1,20 m, jarak antar bedengan 30 cm. Tiap bedengan diberi atap. Cara lain bibit disemai pada polybag, keranjang dan plupuh dengan media tanah dan pupuk kandang.
3.1.4. Pemeliharaan Pembibitan atau Penyemaian
a) Penyiraman dilakukan 2X sehari dan tidak terlalu basah.b) Pengaturan intensitas cahaya dari naungan yang dibuat.c) Drainase disekitar bedengan diatur jangan sampai tergenang air, bila tergenang akar akan membusuk.d) Persemaian harus selalu dijaga kebersihannya, terutama pada rumput liar dan hama bekicot.e) Untuk mempercepat pertumbuhannya, umur 3-4 bulan dipupuk NPK dosis 1 gram/bibit. Umur 8 bulan dipupuk dengan dosis 2 gram/bibit (NPK).
3.1.5. Pemindahan Bibit
- a) Umur 2 tahun bibit dapat dipindahkan.
- b) Bibit dari polibag dapat langsung dipindah dan ditanam pada areal yang telah tersedia.
- c) Bibit dari bedengan ada perlakuan pemutaran tanah dengan cara: (1) sebelum pemutaran tanah bedengan disiram secukupnya; (2) tanah sekitar bibit digali dengan diameter 15-20 cm; (3) putaran tanah bibit diangkat dan dibungkus pelepah pisang; dan (4) bibit puteran didiamkan dulu 2 minggu.
3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Persiapan
Lahan untuk areal tanaman cengkeh harus sudah disiapkan minimal 6 bulan sebelum tanam. Tahap persiapan lahan dimulai dengan "land clearing", yaitu pembersihan lahan dari pepohonan dan semak-semak.
3.2.2. Pembukaan Lahan
- Untuk tanaman cengkeh tidak perlu pembajakan, penggaruan. Tetapi cukup menggali daerah ajir yang akan ditanami saja.
- Lubang dibuat 3-6 bulan sebelum tanam. Bertujuan memperbaiki struktur tanah, menghilangkan senyawa yang beracun dan membunuh bibit penyakit. Lubang berukuran panjang, lebar dan dalam 80 x 80 x 80 cm.
- Tanah galian dibagi 2, yaitu tanah bagian atas dan bawah. 3-4 minggu sebelum tanam, tanah bagian atas dimasukkan kedalam lubang.
- Tanah yang dibawah dicampur dulu dengan 5-10 kg pupuk kandang atau kompos yang sudah jadi, dan 150-200 gr dolomit, lalu dimasukkan ke dalam lubang.
- Lubang yang sudah ditimbun tadi ditandai dengan bambu untuk memudahkan mencarinya sewaktu akan menanam.
- Dibuat parit-parit drainase untuk mencegah air tergenang.
- Jika kemiringan agak curam, lahan harus dibuat teras bangku (bentuk seperti kursi), sedang untuk kemiringan landai dibuat teras guludan.
3.2.3. Pengapuran
Tanah yang pHnya kurang dari 5,5 disarankan untuk diberi kapur sebanyak 0,4-1 kg perpohon, diulangi setiap 2-3 th.
3.2.4. Pemupukan
Pemupukan dilakukan pada tanah yang bahan organiknya sedikit. Pupuk kandang atau kompos ditambahkan pada tanah yang digali (tanah lapisan bawah) dengan 5-10 kg dan dolomit 150-200 gr, pada waktu 3-4 minggu sebelum tanam.
3.2.5. Lain-lain
Pemberian tanaman pelindung bertujuan untuk mengurangi erosi. Tanaman pelindung umumnya adalah flemingia dan moghania macrophyla sp. Tanaman pelindung ditanam 4-5 bulan sebelum tanam, dan dipertahankan sampai cengkeh berumur 2-3 tahun dari barisan tanaman pelindung yang berhadapan dengan tanaman cengkeh perlu dibuat parit sedalam 0,2-0,25m.
3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Penentuan Pola Tanam
a) Jarak tanam pada dataran rendah 7 x 7 m, 6 x 8 m atau 8 x 8m
b) Jarak tanam pada dataran tinggi 10 x 10 m atau 8 x 12 m.
c) Letak tanaman berurutan membentuk bujur sangkar atau persegi panjang.
3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam
- Lubang tanam dibuat 3-6 bulan sebelum tanam, dengan tahap-tahap sebagai berikut:
- Lubang berukuran 80 x 80 x 80 cm.
- Tanah galian dibagi menjadi 2 bagian, yaitu tanah bagian atas dan tanah bagian bawah.
- 3-4 sebelum tanam, tanah bagian atas dimasukkan kedalam lubang. Tanah bagian bawah dicampur dengan 5-10 kg pupuk kandang atau kompos yang sudah jadi, dan 150-200 gram dolomit, lalu dimasukkan dalam lubang.
- Di tengah-tengah lubang yang telah ditutup, ditandai dengan ajir lagi untuk memudahkan mencari lubang sewaktu akan menanam nanti.
3.3.3. Cara Penanaman
Penanaman sebaiknya dilakukan pagi hari (jam 06:30-10:00) atau sore hari (15:00-17:00), agar penguapan dapat ditekan serendah mungkin sehingga tanamn tidak layu. Penanaman ini dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:
- Lubang tanam yang semula ditutup, digali lagi dengan ukuran yang lebih kecil, atau sedikit lebih besar dari gumpalan yang membungkus akar bibit.
- Pembungkus gumpalan tanah pada bibit seperti polybag dan pelepah pisang dilepas perlahan-lahan. Bila akarnya berbelut, tanahnya sedikit dikorek-korek agar bisa lurus kembali. Akar tunggang yang bengkok atau terlalu panjang dipotong hingga tinggal 25-30cm.
- Bibit beserta gumpalan tanahnya dimasukkan kedalam lubang sampai batas leher akar.
- Lubang ditutup dengan tanah sampai agak menggunung agar bibit tidak tergenang air. Selanjutnya tanah disiram air sebanyak 5-10 liter air atau tanaman.
- Tanaman diberi peneduh buatan setinggi 30 cm diatas tinggi tanaman, dari daun kelapa atau alang-alang.
3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penjarangan dan Penyulaman
Penyulaman dilakukan jika tanaman terjadi ketidak-normalan dalam pertumbuhannya, misalnya: sakit atau mati, maka harus diganti dengan yang baru. Bibit yang digunakan untuk penyulaman adalah bibit cadangan yang sudah dipersiapkan dan seumur dengan tanaman cengkeh lainnya.
Pemeriksaan untuk penyulaman 2 X seminggu pada minggu pertama sesudah tanam. Pada umur 3-4 minggu, tanaman diperiksa 1 x seminggu dan pada umur 1-6 bulan diperiksa 1 x sebulan. Tanaman sulaman sebaiknya dipelihara lebih intensif agar pertumbuhannya bisa menyamai pertumbuhan tanaman lain.
3.4.2. Penyiangan
Penyiangan harus sering dilakukan untuk mencegah tumbuhnya gulma yang nantinya akan bersaing unsur hara dengan tanaman cengkeh. Waktu penyiangan sebaiknya dilakukan pada siang hari.
3.4.3. Pembubunan
Pembubunan (penggemburan) pada tanaman cengkeh perlu dilakukan dengan cara penggemburan tanah diluar daerah penakaran (yang ditanami tanaman penutup tanah) 2-3 tahun sekali, dengan menggunakan garpu tanah atau cangkul.
3.4.4. Perempalan
Perempalan atau pemangkasan tanaman cengkeh hanya dilakukan pada cabang air, cabang atau ranting yang mengering, dan batang ganda. Cabang air mempunyai ciri-ciri pertumbuhan sangat cepat dan lurus ke atas, berwarna lebih muda, ruas antar daun lebih panjang dan banyak mengandung air (lunak). Cabang ini tidak produktif dan bila dibiarkan akan merusak bentuk mahkota pohon. Cabang/ranting yang mengering karena patah/sakit juga harus cepat dipangkas, agar segera tumbuh tunas baru yang lebih baik.
Pemangkasan ranting dilakukan dengan menggunakan gunting pangkas atau gergaji, agar luka setelah pemangkasan tidak dimasuki bibit penyakit, sebaiknya cara memangkas miring keatas, agar air hujan dapat langsung mengucur ke bawah sehingga luka cepat kering. Luka pangkas sebaiknya dilumuri bahan pelindung seperti parafin terutama untuk dahan atau cabang yang berukuran besar.
3.4.5. Pemupukan
a) Pemupukan diberikan 2 kali setahun yaitu awal penghujan dan awal kemarau.b) Pupuk organik/kompos diberikan sekali setahun dengan dosis 30-60 kg/pohon, dibenamkan dalam parit sekitar tajuk pohon.c) Pupuk anorganik/NPK diberikan dengan dosis 100-500 gram/pohon.
3.4.6. Pengairan dan Penyiraman
Irigasi (pengairan) umumnya dilakukan pada musim kemarau untuk tanaman yang masih muda (kurang dari 3 tahun) atau tanaman dewasa yang ditanam di daerah yang curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun
- Didaerah datar, yang banyak tersedia air dan untuk kebun yang luas, irigasi bisa dilakukan dengan cara mengeluarkan air pada parit-parit yang dibuat dikanan-kiri barisan tanaman. Pada musim hujan, parit ini juga bisa berfungsi sebagai parit drainase.
- Didaerah datar yang ketersediaan airnya terbatas atau didaerah miring, irigasinya bisa dilakukan dengan cara penyiraman dengan menggunakan embrat atau springker. Air ini disiramkan ke daerah perakaran (diatas mulsa) dengan jumlah 50-500 liter/pohon yang diberikan setiap 10-15 hari sekali.
- Di daerah yang ketersediaan airnya sangat terbatas, pemberian air dilakukan dengan cara menanam gentong (jambangan) berisi 30-50 liter air di dalam tanah sekitar tanaman.
3.4.7. Waktu Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan pestisida pada cengkeh umumnya merupakan pengobatan penyakit dan pengusiran hama, jadi penyemprotan dilakukan bila perlu.
3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama
- RayapRayap sangat mengganggu terutama tanaman muda dan yang diserang adalah akar-akarnya.Pengendalian:(1) tidak menanam tanaman-tanaman lain yang disukai kutu, seperti jambu dan gamal; (2) melepaskan musuh alaminya : cendawan Chepalosporium lecanii, kumbang Coccinella melarophthalmus dan kumbang Orchus jantinus; (3) pada tanaman muda, seluruh ranting dan daun disemprot dengan insektisida Diazinon 60 EC atau Agrothion. Untuk tanaman dewasa, batang diolesi dengan insektisida Dimecron, Orthane dan Bidrin pada ketinggian 0,5-0,75 m. Dapat juga insektisida berbentuk butiran seperti 3G yang diberikan seperti pada pemupukan.
- Penggerek batangAda 2 jenis, yaitu Nothopeus fasciatipennis dan N. hemipterus. Gejala: menyerang tanaman cengkeh yang berumur lebih dari 4 tahun dengan cara membuat liang-liang gerekan pada pangkal batang dan hidup didalamnya. Pengendalian: (1) pangkal batang cengkeh harus sering diperiksa, apabila ditemukan telur N. hemipterus maka harus segera dipungut dan dimatikan; (2) apabila sudah ditemukan lubang-lubang gerekan, maka pada lubang itu dimasukkan kapas yang telah dibasahi dengan insektisida sistemik seperti Bidrin 24 WSC, Dimecron 50 SCW, Orthane Sp dan Tamaron. Kemudian lubang-lubang itu disumbat dengan kayu/bambu atau ditutup dengan parafin; (3) pangkal batangnya dibersihkan dari segala kotoran yang melekat kemudian diolesi dengan pestisida sistemik; (4) tidak menanam tanaman yang disukai kedua jenis kumbang itu dekat kebun cengkeh seperti jambu bol, jambu air, salam dan bungur.
- Penggerek ranting/cabangGejala: berupa lubang-lubang kecil yang berukuran 2 mm sebagai tempat keluarnya kumbang dewasa. Jika serangan lebat, ranting-ranting akan mudah patah. Pengendalian: seperti penanggulangan pada hama penggerek batang.
- Ulat siwur (Carca Spp)Ciri: (1) punya punggung yang sangat besar dan kelihatan seperti kepala; (2) kepalanya berukuran kecil dan tersembunyi di bawah punggungnya; (3) panjang tubuhnya kira-kira 2,5 cm dan berwarna hijau; (4) kepompongnya berwarna kuning, sedang ngengatnya (serangga dewasa) berwarna coklat kekuningan. Gejala: memakan daun-daun muda dan pucuknya. Pengendalian: (1) memungut kepompong yang sering menempel di balik daun agar tidak sempat menjadi ngengat; (2) pada tanaman yang masih pendek, disemprot dengan insektisida Diazinon 60 EC atau Basminon 600 EC. Pada tanaman yang telah tinggi batangnya diolesi dengan insektisida sistemik seperti pada pengendalian kutu.
- UretMerupakan kumbang dari famili Melolonthidae yang berada dalam stadia larva. Ciri: mirip ulat tetapi tidak berbulu, panjangnya 3-5 cm, berwarna putih kekuningan sampai kemerahan. Gejala: menyerang akar-akar tanaman, dari kulit dan menjalar sampai pada lapisan kayu. Serangan uret biasanya ditandai oleh layu atau mengeringnya sebagian ranting sesuai dengan arah akar yang diserang. Bila serangan cukup hebat bisa menyebabkan kematian. Pengendalian: Seperti penanggulangan pada rayap. Disamping itu pada bulan September-Oktober atau akhir musim kemarau, sebaiknya mulsa dibersihkan karena pada bulan-bulan itu biasanya telur sedang menetas.
- Kepik HelopeltisCiri: seperti nyamuk, bagian punggungnya terdapat dari yang mencuat ke belakang, berwarna hitam atau belang-belang merah, dengan panjang tubuh 7 cm. Hama ini aktif di siang hari. Gejala: menyerang pucuk atau daun muda dengan mengisap cairannya. Pucuk yang diserang akan mati dan daun-daun muda akan berguguran. Pengendalian: (1) menyemprotkan insektisida kontak (Diazinon 60 EC atau Agrothion 50 EC) atau mengolesi pangkal batang dengan insektisida sistemik; (2) ujung-ujung ranting yang mati sebaiknya segera dipotong, agar tumbuh tunas baru yang lebih baik.
3.5.2. Penyakit
- Penyakit cacar daun cengkeh (CDC)Penyebab: cendawan Phylostica sp. Gejala: (1)mula-mula timbul bercak-bercak bening pada daun muda. Bercak ini makin lama makin membesar, cembung pada permukaan atas dan cekung di bagian bawahnya sehingga menyerupai cacar; (2) tahap selanjutnya, penyakit juga menyerang daun-daun tua, bunga, tangkai, daun, buah dan ujung ranting. Gejala pada daun tua adalah bercak-bercak bening kemudian daun mengerut mulai dari pinggir. Bercak itu makin lama akan berubah warna menjadi merah atau hitam. Daun muda atau daun muda yang terserang akhirnya tampak keriting dan mudah gugur. Pengendalian: (1) daun-daun yang berguguran dikumpulkan, lalu dibakar di tempat itu juga dan dikubur dalam-dalam; (2) tanaman yang sakit maupun tidak, segera disemprot dengan fungisida Baycon 300 EC, Delsene MX 200, Cobox, Moduna 509 FW, Trimitox 65 WP dan Velimex 80 WP. Penyemprotan bisa diulangi sepuluh hari sekali selama 3 bulan atau sampai tanaman tidak menunjukkan gejala lagi; (3) pemupukan pada periode selanjutnya harus sedikit ditambah dosisnya, agar kondisi tanaman yang baru sakit segera pulih kembali. Apabila tanaman yang terserang cukup parah, sebaiknya ditebang dan diganti dengan tanaman cengkeh baru type unggul.
- Penyakit bercak daun cengkehPenyebab: cendawan Cylindrocladium quinqueseptatum dan ganggang Cephaleuros mycoidea .Gejala: (1) Chephaleuros mycoidea menimbulkan bercak-bercak berwarna merah pada daun, berbentuk lonjong dan berukuran 0,2-10 mm dengan pinggiran yang tidak merata. Selain menyerang daun, ganggang ini juga menyerang ranting terutama yang masih muda; (2) Cylindrocladium menimbulkan gejala pada daun tua berupa bercak-bercak berbentuk bulat berukuran 1-6 mm yang tersebar pada permukaan atas daun. Bercak ini berwarna putih perak dan dikelilingi oleh warna coklat kemerahan. Bila serangan berlanjut, bercak-bercak akan bersatu dan bagian tengahnya akan mengering. Bagian yang mengering ini selanjutnya akan terlepas dari daun, sehingga daun kelihatan berlubang-lubang. Pengendalian: (1) sebelum benih disemaikan sebaiknya dicampur dulu dengan bubuk fungisida Benlate; (2) tanaman yang sudah diserang bisa disemprot dengan fungisida Dithane M 45. Penyemprotan juga dilakukan pada pohon lain di sekitarnya yang belum terserang agar tidak tertular. Penyemprotan diulangi setiap 7-10 hari; (3) potongan-potongan daun yang gugur sebaiknya dikumpulkan, lalu dibakar dan dikubur yang dalam.
- Penyakit SumateraPenyakit kemunduran pada tanaman cengkeh disebabkan oleh bakteri Rib (Rickettsia like bacterium) yang menyerang jaringan pembuluh kayu pada ranting atau batang. Penyakit ini menyerang tanaman cengkeh berumur lebih dari 4 tahun. Gejala: (1) didataran tinggi : layunya daun-daun mulai dari ujung ranting dan diikuti oleh matinya ranting-ranting pada ujung cabang. Layu sampai matinya tanaman memerlukan ± 6-18 bulan; (2) didataran rendah : gugurnya daun-daun yang diikuti oleh kematian ranting-ranting secara hampir bersamaan. Waktu yang diperlukan sejak timbulnya gejala sampai kematian ± 3-5 tahun. Pengendalian: (1) tanaman belum produktif atau tanaman produktif yang serangannya lebih dari 25 % sebaiknya ditebang. Penebangan dilakukan dengan cara memotong batangnya hingga tinggal 20-25 cm dari permukaan tanah. Hasil tebangan dibakar sampai habis ditempatnya, kemudian dikubur. Pangkal batang yang tertinggal diolesi dengan ter. Tanah bokoran tanaman itu jangan diusik agar bakterinya tidak menular ke tanaman lain. Sebelum 2 tahun tempat ini belum boleh ditanami lagi. Bila akan ditanami harus disterilkan dengan belerang sampai pH turun menjadi ± 3,5; (2) tanaman produktif yang terserang hanya 10-25 %, dipertahankan sampai beberapa tahun dengan cara pemberian pupuk kandang dan pupuk daun, serta pemberian bakterisida Terramycin dan Streptomycin dengan dosis masing-masing 3,75 gram dan 1 gram dilarutkan dalam 500 liter air. (3) Untuk mencegah jangan sampai tanaman sehat disekitarnya ditulari, drainase dan pemupukannya harus diperhatikan. Alat-alat yang sudah menyentuh tanaman yang terserang, seperti cangkul dan parit, jangan digunakan pada tanaman yang sehat sebelum dicucihamakan. Untuk sementara waktu pelukaan akar tanaman yang sehat harus dihindarkan, karena penyakit ini sangat mudah menular.
- Penyakit Mati Bujang/Mati GadisPenyebab: bakteri Xlb ( Xylem limited bacterium) Gejala: Ranting-ranting tanaman gundul dan mengering mulai dari bagian ujung mahkota menjalar sampai ke pangkal pohon. Waktu yang diperlukan sejak gejala awal sampai kematian berkisar antara 3-5 tahun, tergantung pada kondisi tanaman. Matinya ranting tanaman oleh penyakit ini karena tersumbatnya pembuluh xylem pada akar sehingga makanan yang diserap tidak dapat didistribusikan ke bagian tajuk tanaman. Pengendalian: (1) serangan penyakit ini dapat dihindarkan dengan pengaturan drainase yang baik, penggemburan tanah serta perawatan yang memadai terutama pemupukan setelah panen besar; (2) untuk tanaman yang terlanjur terserang, untuk sementara tidak boleh diberikan pupuk buatan, sebagai gantinya bisa digunakan pupuk daun dan menambah dosis pupuk organik. Tindakan ini biasanya dapat menyembuhkan tanaman yang belum begitu parah.
- Penyakit Busuk Pangkal Ranting (Panu)Penyebab: organisme simbiosa antara alga dengan cendawan. Organisme ini sering menyerang tanaman rimbun dalam lingkungan yang lembab, terutama dekat dengan perkebunan teh. Gejala: Layunya cabang akibat membusuknya pangkal cabang. Pembusukan pangkal cabang ini kelihatan seperti bercak-bercak warna putih kekuningan atau kehijauan. Tipe sikotek dan zanzibar toleran dengan penyakit ini sehingga tidak sampai menyebabkan kerusakan dan kematian cabang. Pengendalian: Mengoleskan atau menyemprotkan larutan kapur tembok atau bubur bordeux pada bercak-bercak yang terdapat pada kulit cabang.
- Penyakit Mati Ranting (Dieback)Penyebab: cendawan Rosellinia, Fomes lignosus dan Ganoderma pseudoferrum yang menyerang akar dengan gejala pada ranting-ranting tertentu. Gejala: (1) daun-daun pada ranting itu berubah warna menjadi kekuningan dan tampak layu kemudian berguguran. Kematian daun dan ranting ini dimulai dari bagian ujung, kemudian menjalar sampai ke pangkal cabang sehingga seluruh cabang menjadi kering. Gejala ini bisa menjalar ke cabang lainnya dan menyebabkan kematian. (2) apabila tanaman yang diserang dibongkar, di dekat leher tampak benang-benang cendawan berwarna hitam atau kecoklat-coklatan, kulit akar membusuk dan pada leher akar terbentuk calus. Pengendalian: (1) pohon yang sudah menunjukkan gejala serangan harus segera dibongkar sampai ke akar-akarnya. Bongkaran ini lalu disingkirkan kemudian dibakar. Pohon yang berdampingan dengan tanaman yang sakit juga diperiksa dengan seksama, untuk mengetahui gejala serangannnya. Lubang bekas lingkaran diberi tepung belerang sebanyak 200 gram dan dicampur dengan tanah. Lubang ini baru boleh ditanami lagi setelah 1 tahun. (2) memperbaiki drainase tanah agar air tidak tergenang. Selain itu tanaman yang belum terserang diberi tambahan pupuk daun, agar kondisinya lebih kuat; (3) apabila beberapa tanaman telah terserang, maka harus dibuat isolasi (batas). Isolasi ini dibuat dengan cara membuat parit sedalam 1 m mengelilingi daerah tanaman yang terserang.
- Penyakit busuk akarPenyebab: pythium rhizoctonia dan phytopthora. Gejala: pada tanaman cengkeh muda di pembibitan mula-mula daun berwarna kuning, kemudian layu dan kering, atau mati secara mendadak. Gejala pada tanaman dewasa tampak dengan mengeringnya daun-daun mulai dari ranting bagian bawah. Pengendalian: sama seperti pengendalian pada penyakit mati ranting karena cendawan akar.
- Penyakit mati rantingPenyebab: cendawan exobasidium yang yang menyerang kulit kayu pada ranting tanaman cengkeh yang rimbun. Gejala: mirip dengan gejala penyakit mati ranting karena cendawan akar, tetapi ranting-ranting yang mati berada di bagian pucuk atau di bawah pucuk. Pada kulit ranting yang terserang bisa ditemukan bercak cendawan berwarna putih seperti pada penyakit panu. Penyakit ini mudah terkelupas karena tidak terlalu melekat. Kadang-kadang penyakit ini menyebabkan ranting menjadi rapuh, sehingga banyak yang patah sebelum daun-daunnya mengering. Pengendalian: (1) dengan cara mengelupas cendawan pada kulit cabang yang terserang, kemudian diolesi dengan belerang atau menyemprotnya dengan Dithane M-45 80 WP. (2) cabang-cabang yang sudah mengering sebaiknya segera dipangkas agar segera tumbuh tunas baru yang lebih baik. Apabila masih ada naungan, intensitasnya perlu dikurangi.
- Penyakit FisiologisMaksud penyakit fisiologis adalah penyakit atau kelainan yang bukan disebabkan oleh mikroorganisme. Tetapi karena pengaruh suhu terlalu panas, kekeringan, angin kencang, angin kering, penurunan suhu malam, tanah anaerob.
3.5.3. Gulma
Jenis gulma yang sering tumbuh dan merugikan tanaman cengkeh :
a) teki (Cyperus rotundus)b) rumput grinting (Cynodon dactilon, Salvia sp, Digitara)c) belimbing-belimbingan (Oxalis spp)d) wedusan (Agertium coryzados)e) limpungan (Eupatarium spp)f) alang-alang (Linperata cylindrica)g) Pennisetum purpureum
Penanggulangan :
- Setelah pembukaan lahanKarena tidak segera ditanami, biasanya akan segera ditumbuhi gulma. Untuk mencegahnya, lahan segera ditanami dengan tanaman penutup tanah. Bila alang-alang/gulma masih juga tumbuh dalam jumlah besar, sebaiknya disemprot dengan herbisida Dowpon M atau Bramoxone.
- Di pembibitanBedengan pembibitan harus selalu dibersihkan dari gulma dengan melakukan penyiangan 2-3 minggu sekali.
- Di areal tanamAreal tanam cengkeh harus selalu bersih dari gulma, terutama sekitar perakaran. Diluar perakaran, dapat ditanami dengan tanaman penutup tanah. Apabila masih membandel, bisa disiangi dengan menggunakan cangkul. Pengendalian gulma di daerah perakaran dengan memberikan mulsa dan disiangi bersamaan dengan penggemburan tanah pada waktu pemupukan.
3.6. Panen
3.6.1. Ciri dan Umur panen
- Kepala bunga kelihatan sudah penuh, tetapi belum membuka.
- Umur panen tanaman cengkeh adalah 4,5-8,5 tahun sejak disemaikan tergantung pada jenis lingkungan.Waktu pemanenan ada beberapa tahap, yang pertama jika 50-60 % jumlah bunga yang ada di pohon telah matang petik. Pemetikan ini bisa diulangi lagi setiap 10-14 hari selama 3-4 bulan. Di Jawa, panen mulai Mei dan berakhir Juli-Agustus. Hal ini tergantung dari iklim setempat.
3.6.2. Cara Panen
Sebelum pemetikan dimulai, alat yang perlu disiapkan adalah karung berukuran kecil atau keranjang bambu dan karung besar. Apabila tanaman sudah cukup tinggi dan bunganya tidak terjangkau oleh tangan, maka perlu disiapkan tangga segitiga berkaki empat. Pemetikan dengan memanjat pohon sangat tidak dianjurkan karena dapat merusak tajuk tanaman. Adapun cara petik adalah sebagai berikut:
- Bunga cengkeh dipetik pertandan tepat diatas buku daun terakhirnya dengan menggunakan kuku jari atau pisau kecil yang tajam.
- Daun terakhir / termuda yang berdekatan dengan bunga tidak boleh ikut terpetik agar tidak mengganggu pertumbuhan tunas berikutnya. Apabila daun ini ikut terpetik bisa mengurangi jumlah tunas 1/3-1/2 bagian.
- Bunga yang sudah dipetik dimasukkan kedalam keranjang atau karung kecil yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Setelah penuh, bunga dimasukkan ke dalam karung besar untuk dibawa ke tempat pengolahan.
3.6.3. Periode Panen
Tanaman cengkeh di Indonesia mempunyai periode produksi yang khas, yakni mempunyai jumlah produksi yang berfluktuasi menurut siklus tertentu. Pada tahun tertentu tanaman akan menghasilkan produksi yang banyak, dan pada tahun-tahun tertentu produksi bisa menurun sampai 10-40 %. Pola produksi tanaman cengkeh bisa digolongkan menjadi pola siklus 2 tahun dan siklus 3-4 tahun.
- Pola siklus 2 tahun umumnya terdapat daerah yang mendapat pengaruh nyata dari iklim laut. Pada siklus ini, tanaman akan berproduksi tinggi atau sedang pada tahun pertama, kemudian pada tahun berikutnya mernjadi rendah. Pada tahun berikutnya lagi, jumlah produksi akan kembali seperti tahun pertama.
- Siklus 3-4 tahun umumnya terdapat daerah yang tidak dapat pengaruh iklim laut. Pada siklus ini produksi tinggi akan terulang setiap 3-4 tahun, dengan pola yang bervariasi.
3.6.4. Prakiraan Produksi
Tanaman muda yang mulai berproduksi, umumnya tidak menghasilkan bunga dalam jumlah besar. Namun produksi itu akan semakin meningkat dan mencapai puncaknya pada umur 15-20 tahun dengan produksi 12-15 kg cengkeh per pohon per tahun.
3.7. Pascapanen
3.7.1. Pengumpulan
Hasil tanam dari lahan panen dikumpulkan dengan karung besar untuk dibawa ke pengolahan.
3.7.2. Penyortiran dan Penggolongan
Sortasi basah dilakukan setelah cengkeh tiba di tempat pengolahan.
- Sortasi ini dilakukan dengan cara memisahkan bunga dengan gagangnya, dan menempatkannya di pada tempat yang berbeda. Bunga dan gagang dipisahkan karena mempunyai mutu dan harga yang berbeda.
- Bunga dan gagang cengkeh masing-masing dimasukkan ke dalam karung atau peti dan diperam selama sehari (24 jam).
- Setelah diperam 1 hari, lalu dikeringkan untuk mendapatkan kadar air 12-14 %. Kadar air yang melebihi 14 % menyebabkan cengkeh mudah terserang jamur sehingga tidak tahan disimpan. Sebaliknya bila kadar air kurang dari 12 % cengkeh akan mudah hancur sehingga mutunya rendah. Melalui penyaringan ini, berat cengkeh akan turun hingga tingga 29-33 %. Cengkeh bisa dijemur secara alami, atau kombinasi antara cara buatan dengan cara alami.
- Cara alami : cengkeh dijemur di terik matahari dengan alas lantai beton atau tampah.
- Cara campuran : pengeringan cara buatan dilakukan dengan menggunakan mesin pengering yang menggunakan bahan bakar minyak atau kayu.
- Mesin ini hanya boleh digunakan untuk mengeringkan cengkeh sampai kadar air mencapai 22-75 %. Cengkeh ini bisa disimpan selama 1 bulan, untuk menunggu matahari terik.
Sortasi kering, cengkeh dipisahkan dari kotoran-kotorannya dengan cara ditampi menggunakan tampah.
3.7.3. Penyimpanan
Penyimpanan pada ruangan yang bersih. Sebelum disimpan cengkeh harus dikemas dalam karung goni kecil berukuran 30-40 kg atau karung besar berkapasitas 50-60 kg, lalu dijahit zigzag.
Gudang penyimpanan tidak lembab, mempunyai banyak ventilasi dan berlantai semen. Di atas lantai dibuat para-para terbuat dari balok kayu yang kuat setinggi 25-30 cm, lalu karung berikut cengkehnya disusun di atasnya.
3.7.4. Pengemasan dan Pengangkutan
Pengemasan cengkeh umumnya menggunakan karung, tapi yang terbaik adalah dengan menggunakan bahan dari plastik yang dapat mencegah meminimalkan kerusakan akibat gangguan jamur. Cengkeh yang telah dikarungi, siap dipasarkan.
3.7.5. Penanganan lain
Penanganan yang lain adalah pengambilan minyak cengkeh dengan cara pengepresan bunga cengkeh kering hingga keluar minyaknya. Selain itu juga pemanfaatan daun cengkeh yang disuling sebagai bahan obat.
IV. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
4.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis usaha tanaman cengkih secara intensif seluas 1 ha dengan populasi 156 pohon, tahun 1999 adalah sebagai berikut:
|
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. |
1.700.500,- 25.000,- 67.500,- 200.000,- 750.000,- 548.600,- 3.291.000,- 625.000,- 300.000,- 78.000,- 234.900,- 8.250,- 80.000,- 750.000,- 415.230,- 2.491.380,- 15.000,- 125.000,- 150.000,- 25.000,- 75.000,- 15.000,- 12.500,- 100.000,- 750.000,- 253.500,- 1.521.000,- 20.000,- 125.000,- 15.000,- 25.000,- 75.000,- 15.000,- 19.500,- 100.000,- 750.000,- 228.900,- 373.400,- 10.000,- 100.000,- 150.000,- 25.000,- 75.000,- 31.000,- 100.000,- 80.000,- 750.000,- 264.200,- 1.585.200,- 5.000,- 75.000,- 200.000,- 25.000,- 75.000,- 300.000,- 60.500,- 100.000,- 750.000,- 388.100,- 1.908.600,- 270.000,- 5.000,- 75.000,- 200.000,- 25.000,- 75.000,- 500.000,- 85.750,- 125.000,- 750.000,- 368.150,- 2.208.900,- 1.080.000,- 5.000,- 60.000,- 200 000,- 25.000,- 75.000,- 250.000,- 101.500,- 125.000,- 80.000,- 750.000,- 534.300,- 3.205.800,- 2.250.000,- 5.000,- 60.000,- 250.000,- 25.000,- 75.000,- 2.215.000,- 165.750,- 125.000,- 750.000,- 733.750,- 4.402.500,- 4.050.000,- 5.000,- 50.000,- 250.000,- 25.000,- 75.000,- 3.250.000,- 267.000,- 125.000,- 750.000,- 959.400,- 5.756.400,- 5.850.000,- 5.000,- 50.000,- 250.000,- 25.000,- 75.000,- 4.500.000,- 333.250,- 125.000,- 750.000,- 1.222.650,- 7.335.900,- 8.100.000,- 5.000,- 35.000,- 250.000,- 25.000,- 75.000,- 6.000.000,- 466.500,- 125.000,- 750.000,- 1.546.300,- 9.277.800,- 10.800.000,- 5.000,- 35.000,- 250.000,- 25.000,- 75.000,- 6.500.000,- 575.000,- 125.000,- 750.000,- 1.668.000,- 10.008.000,- 11.700.000,- |
Keterangan : Keuntungan bersih bisa dinikmati mulai tahun ke 9
4.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Cengkeh merupakan salah satu komoditi pertanian yang tinggi nilai ekonominya. Komoditi ini banyak digunakan di bidang industri rokok kretek dan bidang farmasi sebagai bahan pembuat minyak atsiri. Kenaikan produksi cengkeh diikuti oleh kenaikan produksi rokok kretek sehingga swasembada cengkeh masih sulit diwujudkan.
Pada periode 1980-1984 diperlukan cengkeh 45-50 ribu ton/tahun untuk industri rokok kretek. Tahun 1990 meningkat jadi 80 ribu ton dan tahun 2000 diperkirakan naik jadi 90 ribu ton. Sedang kenaikan produksi cengkeh sampai tahun 2000 diperkirakan baru mencapai 55 ribu ton/tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa bertanam cengkeh merupakan peluang yang baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
V. STANDAR PRODUKSI
5.1. Ruang Lingkup
Dalam penentuan standar mutu cengkeh ruang lingkupnya mencakup ukuran, warna, bau dan kondisi cengkeh.
5.2. Diskripsi
Standar mutu cengkeh di Indonesia tercantum didalan Standar Nasional Indonesia SNI 01-3392-1994.
5.3. Klasifikasi dan Standar Mutu
Standar mutu cengkeh Indonesia adalah:
a) Ukuran: Sama rata
b) Warna: Coklat kehitaman
c) Bau: Tidak apek
d) Bahan asing maksimum: 0,5-1,0%
e) Gagang maksimum: 1,0-5,0%
f) Cengkih rusak maksimum: 0 %
g) Kadar air maksimum: 14,0%
h) Cengkeh inferior maksimum: 2-5%
i) Kadar Atsiri maksimum: 16-20%
5.4. Pengambilan Contoh
Pengambilan contoh dilakukan saat penyortiran yang sekaligus untuk menggolongkan cengkeh tersebut masuk dalam kelas mutu tertentu
5.5. Pengemasan
Tujuan pengemasan adalah mencegah kerusakan produk hingga ke tangan konsumen. Pengemasan yang umum adalah dengan karung plastik karena dapat mencegah kerusakan dalam waktu yang relatif lama.
VI. REFERENSI
6.1. Daftar Pustaka
a) AAK,1992, Bagaimana Menanam Cengkeh, Kanisius, Yogyakarta.
b) Najiyati,s dan Danarti, 1992, Budidaya dan Penanganan Pasca Panen Cengkeh, Penebar Swadaya, Jakarta.
c)
https://iptekpertanian.blogspot.com
sangat komplit tentang pembahasannya gan , terima kasih
ReplyDelete